ejogja.ID | Bulan September telah menuliskan sejarah yang kelam bagi Bangsa Indonesia dengan berbagai kasus pelanggaran HAM di masa lalu yang tidak kunjung menemui titik temu. Mulai dari pembunuhan Munir Said Thalib, pembunuhan pendeta Yeremia, pembunuhan Salim Kancil, penembakan Yusuf dan Randi saat aksi #ReformasiDikorupsi, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Semanggi II, dan puncaknya adalah peristiwa G30S serta pembantaian pada rentang tahun 1965-1966.
Jangan Lewatkan: TAP MPR Nomor II/MPR/2001 tentang Pemberhentian Gus Dur, Gus Hilmy: Harus Dicabut
Karena banyaknya tragedi tersebut, Bulan September seringkali dikenal sebagai September Hitam. Dalam rangka menolak lupa dan merawat ingat tragedi September Hitam tersebut, BEM Universitas Alma Ata menggelar “Refleksi September Hitam dan Nonton Breng Film Senyap (Look Of Silence) pada Senin, (30/9).
Kegiatan ini dipantik oleh Saudara Gangga Listiawan, S.H. (Direktur Sospolhukam BEM PTNU Se-Nusantara) dan Gunawan Haramain (Koordinator Umum Forum BEM DIY) serta dihadiri lebih dari 100 mahasiswa. Ketua BEM Universitas Alma Ata, Tegar Pradana mengatakan, kegiatan refleksi pada malam hari ini tidak hanya bertujuan untuk mengenang dan merefleksi tragedi September Hitam, tetapi juga diskusi mengenai betapa pentingnya Hak Asasi Manusia bagi warga negara.
Jangan Lewatkan: Kacau! Presiden Jokowi Izinkan Ekspor Pasir Laut, Senator Gus Hilmy: Mengancam Kedaulatan, Menjual Tanah Air
“Dari merefleksi September Hitam ini, kita dapat belajar bahwa pemahaman dan diskusi mengenai Hak Asasi Manusia sangat penting. Ini untuk menciptakan masyarakat yang lebih sadar dan responsif terhadap isu kemanusiaan. Karena menurut saya, Hak Asasi sama pentingnya dengan sepiring nasi”. Presiden Mahasiswa Tegar berharap kegiatan ini dapat menambah wawasan kita semua. Ini mengenai hak asasi manusia sehingga kita lebih memanusiakan manusia. “Semoga refleksi ini dapat memberikan satu pelajaran sejarah dan pemahaman mengenai hak asasi manusia, khususnya bagi kawan kawan Alma Ata. Sehingga kita dapat lebih memanusiakan manusia kedepannya dan sadar bahwa kita tidak boleh merampas hak orang lain.”
“Mari kita rawat bersama ingatan kita. Karena, perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa dan semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari orang orang yang zalim, aamiin.” Pungkasnya.