Takbiran Hari Raya Idul Adha 1443 H

Esai, Literasi240 Dilihat

KH. Heri Kuswanto

1) Ibrahim Al Bajuri dalam Hasyiyah al-Bajuri

– Sebuah hadis:

من أحْيَا لَيلَةَ الْعِيد، أَحْيَا اللهُ قَلْبَهُ يَوْمَ تَمُوْت القُلُوبُ

Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, Allah akan menghidupkan hatinya di saat hati-hati orang sedang mengalami kematian

2) Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi’I dalam Fathul Qarib al-Mujib

Takbir dalam ‘id terbagi  dua macam, yaitu takbir mursal dan takbir muqayyad.

  • Takbir mursal

– Adalah takbir yang waktunya tidak mengacu pada waktu shalat, atau tidak harus dibaca oleh seseorang setiap usai menjalankan ibadah shalat, baik fardu maupun sunnah.

–  Sunnah dilakukan setiap waktu, di mana pun dan dalam keadaan apa pun.

– Baik lelaki maupun perempuan sama-sama dianjurkan melantunkan takbir, baik saat di rumah, bepergian, di jalan, masjid, pasar, dll.

– Waktu mulai  terbenam matahari malam ‘id hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat ‘id, meliputi ‘idul fitri maupun ‘idul adha.

Baca Juga: Memasuki Api Cinta
  • Takbir muqayyad

– Pelaksanaannya memiliki waktu khusus, yaitu mengiringi shalat, dibaca setelah melaksanakan shalat, baik fardhu maupun sunnah.

– Waktu  setelah sembahyang shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah)

Takbir Hari Raya,  3  atau 2 Kali?

1) Pandangan  lafal takbir hanya  dua kali

– HR. Al-Baihaqi

 كَانَ سَلْمَانُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يُعَلِّمُنَا التَّكْبِيرَ يَقُولُ  كَبِّرُوا اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا

Salman mengajari kami lafal takbir, ia berkata: ‘Bertakbirlah, Allâhu akbar Allâhu akbar, sungguh maha besar.

– HR. Ibnu Mundzir

أَنَّ عُمَرَ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلَاهِ الْغَدَاةِ يَوْمَ عَرَفَةَ إلَي صَلَاةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ يُكَبِّرُ فِي الْعَصْرِ يَقُوْلُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ الله أكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ

Sahabat ‘Umar bertakbir mulai shalat subuh pada hari Arafah sampai shalat Dhuhur dari akhir hari tasyriq, beliau takbir pada shalat ashar dengan mengucapkan ‘Allâhu akbar Allâhu akbar lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar, Allâhu akbar wa lillâhi-l-hamd.

2) Mayoritas Muslim di Indonesia, takbir “Allâhu akbar” 3 kali

– HR. Daruqutni

كاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا صَلَّى الصُبْحَ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ يَقْبَلُ عَلَى أَصْحَابِهِ فَيَقُوْلُ عَلَى مَكَانِكُمْ وَيَقُوْلُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ فَيُكَبِّرُ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ

Rasulullah saw ketika usai shalat subuh pada hari arafah, beliau menghadap para sahabat, lalu bersabda: ‘Tetaplah dalam posisi kalian’ dan beliau berkata: “Allâhu akbar Allâhu akbar Allâhu akbar lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar, Allâhu akbar wa lillâhi-l-hamd” beliau bertakbir mulai dari usai shalat subuh pada hari arafah sampai setelah shalat ashar dari akhir hari tasyriq.

Jangan Lewatkan Baca Juga: Pemilik Qurban Nadzar tidak Boleh Makan Dagingnya?

3) Pendapat yang masyhur dari Imam Asy-Syafi’i

– Takbir sebanyak 3 kali.

– Sedangkan pendapat Imam Asy-Syafi’i  dalam qaul qadim  takbir hanya terucap 2 kali.

– Imam an-Nawawi dalam  Al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab:

(فرع) صفة التكبير المستحبة الله أكبر الله أكبر الله أكبر هذا هو المشهور من نصوص الشافعي في الأم والمختصر وغيرهما وبه قطع الأصحاب وحكى صاحب التتمة وغيره قولا قديما للشافعي أنه يكبر مرتين ويقول الله أكبر الله أكبر

Cabang permasalahan.

– Sifat lafal takbir adalah Allâhu akbar 3 kali

– Lafal ini merupakan lafal yang masyhur dari nash Imam Asy-Syafi’i dalam kitab al-Um, al-Mukhtashar, dan kitab lainnya, serta yang pasti (kebenarannya) oleh al-Ashab (para santri Imam Asy-Syafi’i).

– Sedangkan pengarang kitab at-Tatimmah (Abu Sa’d al-Mutawali) menceritakan qaul qadim (pendapat lama) dari Imam Syafi’i yang berpandangan bahwa lafal takbir terucap hanya dua kali, yakni Allâhu akbar Allâhu akbar.

4) Berdasarkan hal ini

– Hal yang paling baik  melafalkan takbir hari raya adalah mengucapkan kata Allâhu akbar sebanyak tiga kali.

– Namun, mengucapkan kata takbir sebanyak dua kali,  tidak  terlarang.

 

Foto Profil KH Heri Kuswanto Lintang SongoKH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *