Bantul, ejogja.id – Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Hasyim Asy’ari (atau biasa dikenal komunitas Kutub), Sewon, Bantul mengadakan Kelas Kritik Sastra Mazhab Kutub. Ini untuk mengimbangi sastra dengan kritikus sastra. Sekitar jam 20.00 WIB, bertepatan pada turunnya gerimis, ruang luas itu dipadati oleh mahasiswa lintas kampus. Mahasiswa tersebut adalah santri pesantren dimaksud.
Acara itu mendatangkan Mohammad Ali Fakih, alumni Kutub dan penulis puluhan buku (salah satu buku terbarunya, Karl Marx: Biografi dan Gagasannya). Acara ini adalah kuliah yang dibingkai secara sederhana, sesekali disertai goyun, penghilang jenuh dan bosan. Selain itu, acara ini pada mulanya sebagai jeda program Kajian Sastra Kutub yang dihelat setiap malam Selasa. Pasalnya, Kajian Sastra telah merampungkan kloter pertama. Sebagai persiapan menuju kloter kedua, disisipkanlah Kelas Kritik Sastra guna menambah bekal bagi para santri dalam membedah karya sastra.
Ada lima materi yang disajikan, yaitu morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan semiotik. Kuliah ini terbagi kepada dua sesi. Sesi pertama digelar tadi malam. Materi yang disajikan adalah pengantar morfologi, sintaksis dan semantik. Sesi kedua akan berbicara tentang pragmatik dan semiotik. Sesi kedua akan dilanjutkan dalam waktu dekat.
“Tujuannya (acara ini) biar teman-teman Kutub bisa jadi kritikus sastra, bisa mengkritik sastra, bisa menganalisis karya sastra”, ucap Ali Fakih, selaku pemateri saat jumpa pers.
Jangan Lewatkan Baca Juga: Kritik Itu Anak Kandung Pendidikan yang Dianaktirikan
Fatah Malangare, selaku ketua komunitas Kutub menyatakan alasan pengadaan kuliah ini adalah minimnya kritikus sastra. Sastrawan banyak bermunculan di sana-sini, sedangkan kritikus sastra jarang ditemui.
“Tujuan diadakannya kelas kritik sastra adalah untuk memperkaya pemahaman santri PPM Hasyim Asy’ari terhadap kritik sastra. Kelas ini bertujuan untuk menyeimbangkan iklim kesusastraan kita, yang mana sastra kita hari ini sangat minim mencetak kritikus”, pungkasnya.
Ubaidillah An-Nasiqie, selaku koordinator Kajian Sastra menilai kelas kritik sastra penting bagi siapa saja, khususnya bagi peminat sastra dan mahasiswa jurusan sastra. Dia berpandangan, bahwa perlu mengadakan kelas kritik sastra mazhab Kutub.
Cari Tempat Kursus? Ini Info-info Lembaga Kursus Jogja
“Bagi saya, teori kritik sastra penting dipelajari, khususnya bagi yang konsen pada dunia sastra, lebih-lebih mereka yang kuliah di jurusan sastra: harus! Tujuannya adalah memperkaya wawasan perihal disiplin ilmu-ilmu lain yang erat kaitannya dengan karya sastra. Adanya kritikus sastra untuk dapat mendeskripsikan karya, menganalisis karya kemudian menilainya. Mau tidak mau, seorang kritikus sastra harus paham betul teori kritik, seperti dalam kuliah yang diampu Mohammad Ali Fakih dengan tema “Semiotika Linguistik”, meliputi: morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan semiotik”, tuturnya. (Aldy).
1 komentar