ejogja.ID – Salam Pancasila bukan untuk mengganti salam keagamaan. Demikian keterangan Prof. Dr. Yudian Wahyud, rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Salam Pancasila sempat mengundang pro dan kontra di masyarakat. Padahal salam Pancasila merupakan bentuk jalan tengah kebangsaan yang terbebas dari dampak teologis. Salam Pancasila tidak dimaksudkan sebagai pengganti salam keagamaan. Keterangan ini disampaikannya saat menghadiri acara bedah buku Khoirul Anam, dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Bedah buku tentang pemikiran kepala BPIP Yudian Wahyudi bertajuk: Salam Pancasila sebagai Salam Kebangsaan: Memahami Pemikiran Kepala BPIP RI.
Jangan Lewatkan Baca Juga: 5 Beasiswa Pascasarjana dengan Dana Terbesar
Buku yang diterbitkan oleh penerbit Suka Press, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini, mengulas
beberapa topik sensitif menurut kacamata keagamaan. Salah satu topik hangatnya ialah Salam Pancasila. “Melainkan salam dalam hubungan kemanusiaan. Jika kita menyapa pemeluk agama lain dengan salam agama kita, maka itu membebani mereka. Juga, mengucapkan salam Om Swastiastu, kita dituduh masuk Hindu” tambahnya.
Bagi Yudian, Salam Pancasila adalah jembatan kemanusiaan lintas agama. Pengucapannya di kancah publik bertujuan merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Lebih lanjut, pengucapannya sangat mungkin bernilai pahala. Pasalnya, ia untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.
Baca Juga: Li(terasi) Pragmatis
Di pihak lain, Prof. Dr. Al Makin, selaku rektor UIN Sunan Kalijaga, menilai bahwa Yudian Wahyudi akurat dalam menafsirkan relasi agama dan negara. Salam Pancasila – tambahnya – sudah teruji lewat laku spiritual kepala BPIP tersebut.
Khoirul Anam, selaku penulis menjelaskan bahwa bukunya itu berisi klarifikasi Yudian terhadap
pertarungan wacana Islam fundamentalis dan wacana pancasilais. Hanya saja, buku tersebut belum menyentuh ranah politik. “Saya tidak masuk ke ranah politik, karena yang menyatakan kontra berada di pihak oposisi. Buku ini tidak bisa menghadirkan analisa mendalam soal itu” jelasnya dalam bedah buku tentang pemikiran kepala BPIP Yudian Wahyudi
Cari Lowongan Kerja Daerah Jogja? Info Loker Jogja Terlengkap
Penulis memaparkan beberapa poin utama bukunya itu. Pertama, kritikan tokoh agama dan politik seringkali tidak melalui uji konfirmasi, tidak berdasarkan konteks dan substansi pemikiran Yudian. Kedua, berita bahwa Salam Pancasila akan mengganti salam keagamaan tidaklah benar. Sikap mudah mempercayai berita tanpa melakukan chross check. Berbeda haluan politik, berbeda pemahaman agama, bahkan berbeda disiplin keilmuan tersebut menjadi tidak ada titik temu antara Kepala BPIP dan para kritikusnya. Ketiga, ulama berbeda pendapat mengenai hukum mengucapkan salam pada pemeluk agama lain. Karena itu, perlu salam lintas agama. Itulah Salam Pancasila. (Aldy).