Oleh Ahmad Muchlish Amrin
Tangan ini memiliki simbol-simbol kemuliaan yang tidak dimiliki oleh dimensi biologis yang lain. Ia memiliki lima jemari yang tentu secara makna berbeda-beda yaitu ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking.
Coba saja Anda berdiri di pinggir jalan atau datang ke tengah orang yang bergerombol, tunjukkan jempol Anda dengan bibir tersenyum. Kemudian, di waktu atau tempat yang lain, Anda datang ke hadapan beberapa orang, lalu Anda menunjuk ke mereka dengan jari tengah atau kelingking, respon yang akan Anda terima pasti berbeda.
Jemari ternyata memiliki dimensi sosial yang dapat dipetik maknanya. Apalagi tangan secara utuh bergerak dengan perilaku berdasarkan internalisasi masing-masing personal. Tangan Anda akan menjadi tangan yang mulai dan tinggi maknanya bila digunakan untuk kemanfaatan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya akan menjadi tangan “murahan” bila digunakan untuk menyakiti dan bahkan mengambil hak orang lain.
Pada tulisan kali ini saya ingin membicarakan perihal tangan yang dikaruniai. Pertama, Tangan yang mampu menolong (al-yadu al-nashir), atau menyelamatkan orang lain dari malapetaka. Tentu tidak perlu bertindak besar untuk menolong, tangan Anda bisa menyingkirkan duri di tengah jalan, atau bisa beraksi menandai jalan berlubang dengan cat pilox saja, dapat diartikan bahwa tangan Anda beraksi menyelamatkan orang lain dari kecelakaan.
Kedua, Tangan yang memberi (al-yadu al-mu’thi). Tidak sedikit kita menyaksikan orang-orang yang berbagi kasih sayang dengan cara memberikan sesuatu yang dimiliki; tangan menjadi simbol berbagi kebahagiaan, yang dalam kaidah lain disebut dengan al-yadu al’ulya, artinya tangan di atas atau tangan yang mulia.
Jangan Lewatkan Baca Juga: Gol Tangan Tuhan
Sebuah pemandangan indah bila menyaksikan tangan memberi kepada tangan lain, dilumuri dengan tiris senyum dan penghormatan—dengan menyingkirkan rasa congkak dan sombong dalam diri—artinya tangan yang memberi tidak merendahkan tangan yang diberi.
Ketiga, Tangan yang mengelus dengan kelembutan sikap dan memuliakan (al-yadu al-luthfi). Dalam konteks ini, tangan dapat dimaknai sebagai kekuasaan. Para pemilik kuasa dapat bertindak adil, bijaksana, dan bersikap lemah lembut dalam menjalankan tugasnya. Orang-orang yang ada di bawah kuasanya dapat disikapi dengan cara-cara sopan dan bermartabat. Bisa bersikap tegas, disiplin, dan tidak menghilangkan rasa hormat kepada semua orang.
Dari itulah, tangan menjadi entitas penting dalam kehidupan manusia yang tidak hanya berfungsi untuk kepentingan pribadi, melainkan dapat menjadi perantara berbuat baik kepada orang lain. Akhirnya, sedikit mengutip sebuah lirik Maher Zain yang berjudul Hold My Hand:
Hold my hand // There are many ways to do it right // Hold my hand // Turn around and see what we have left behind // Hold my hand my friend // We can save the good spirit of me and you // For another chance. *
Ahmad Muchlish Amrin, Santri Kutub Yogyakarta
1 komentar