
Septalia Tientha Ananda
Pada 1 Juni, masyarakat Indonesia menyambut Hari Lahir Pancasila dengan berbagai kegiatan yang semarak. Mulai dari upacara bendera, apel pagi, hingga aktivitas edukatif dan bakti sosial di lingkungan sekolah maupun kantor pemerintahan. Namun, ada yang cukup menarik dari perayaan tahun ini, khususnya di Kota Ende, Nusa Tenggara Timur. Kota Ende dikenal sebagai tempat lahirnya Pancasila, di kota tersebut Bung Karno merenungkan dasar negara saat masa pengasingannya antara tahun 1934 hingga 1938.
Dalam rangka memperingati momen tersebut, masyarakat Ende menggelar parade kebangsaan yang menyusuri rute historis dari Pelabuhan Soekarno hingga Taman Renungan Bung Karno. Warga tampil memukau dalam balutan busana adat, menyuguhkan suasana yang kental dengan semangat nasionalisme. Di tengah kemeriahan itu, kebanggaan terhadap simbol negara, Burung Garuda, terasa semakin kuat. Namun, di balik perayaan Hari Lahir Pancasila, ada satu hal penting yang sering kali terabaikan, yakni nilai-nilai persahabatan. Pertanyaannya, apakah persahabatan yang kita jalani saat ini benar-benar mencerminkan semangat dan nilai-nilai luhur Pancasila?
Jangan Lewati: Kabar Baik! Deadline Beasiswa Unggulan 2025 Diperpanjang, Yuk Siapkan Berkasmu!
Bagi mahasiswa, teman bukan sekadar rekan satu kelas atau satu organisasi. Mereka adalah tempat berbagi cerita, saling menyemangati, dan bertahan bersama menghadapi kerasnya realitas hidup—mulai dari tugas yang menumpuk sampai urusan hati yang pelik. Tapi, tidak semua bentuk pertemanan itu sehat. Kadang kita bertemu dengan teman yang gemar merendahkan, sibuk bergosip, atau suka mengomentari penampilan orang lain mulai dari cara berpakaian sampai detail riasan wajah. Tipe pertemanan seperti itu jelas bukan cerminan nilai-nilai Pancasila. Alih-alih membawa dampak positif, justru bisa melemahkan mental. Menurut American Psychological Association (2019), persahabatan yang tidak sehat dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi dan perilaku merusak diri. Padahal, nilai-nilai Pancasila mengajarkan kita tentang pentingnya saling menghormati, menjaga kebersamaan, dan memperkuat persatuan.
Memulai Nilai Pancasila
Di sinilah pentingnya bersikap bijak dalam memilih teman. Pertemanan yang sehat seharusnya menjadi ruang tumbuh, bukan ladang luka. Kalau kita ingin nilai-nilai Pancasila benar-benar hidup dalam keseharian, mulai dulu dari cara kita berteman. Sering kali, rutinitas harian membuat kita lupa bahwa sahabat bukan sekadar teman nongkrong atau pelengkap instastory. Sahabat sejati adalah tempat berbagi cerita, tertawa bersama, bahkan menangis. Karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa hubungan pertemanan yang kita jalani tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila.
Dalam sebuah persahabatan, kita dituntut untuk bersikap adil dan menghormati hak teman sebagai cerminan dari kemanusiaan yang adil dan beradab. Kita juga perlu menjaga rasa persatuan dalam lingkaran pertemanan, serta menghargai perbedaan budaya, suku, bahkan keyakinan yang mungkin dimiliki masing-masing teman. Semua itu adalah bentuk nyata dari sila kedua dan ketiga. Ketika perbedaan pendapat muncul perlu adanya musyawarah sebagai jalan tengah, bukan saling ngotot siapa yang paling benar. Di sinilah nilai dari sila keempat mengambil peran penting. Dan yang tak kalah krusial, kita harus belajar mengesampingkan ego pribadi serta menjauh dari sikap pilih kasih. Karena kalau pertemanan berlandaskan keadilan dan semangat saling mendukung, seperti yang diajarkan sila kelima, maka hubungan itu akan tumbuh jadi kekuatan yang sehat dan membahagiakan.
Jangan Lewati: Menjaga Lingkungan dari Hal Terkecil
Selain itu, Pancasila juga mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Karena itu, perbedaan suku, budaya, dan latar belakang bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling mengenal dan memperkaya satu sama lain. Inilah yang tercermin dalam sila ketiga: Persatuan Indonesia, serta sila kedua yang menekankan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila mengajarkan bahwa persaudaraan dan kebersamaan adalah fondasi penting dalam membangun kehidupan bersama. Nilai-nilai seperti toleransi, gotong royong, dan saling menghargai menjadi perekat dalam masyarakat yang majemuk. Maka dari itu, penting bagi kita untuk terus menjaga hubungan antarmanusia, baik dalam lingkup persahabatan maupun kehidupan sosial yang lebih luas tanpa harus terjebak dalam konflik, prasangka, atau perpecahan.
Menjaga Persahabatan
Untuk menjaga persahabatan yang kuat dan sehat, ada beberapa hal penting yang bisa kita lakukan. Pertama, perlu dibangun kesadaran bersama melalui edukasi. Kampus bisa berperan besar dengan mengadakan sosialisasi, seminar, atau workshop yang membahas nilai-nilai Pancasila dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam membangun relasi pertemanan di kalangan mahasiswa agar lebih sehat dan saling menghargai. Kedua, kita perlu lebih selektif dalam memilih teman. Artinya, jangan asal dekat hanya karena sering satu tongkrongan. Pilihlah teman yang membawa energi positif dan mendukung kita untuk tumbuh. Kita bisa menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih produktif sebagai cara halus untuk menghindari pertemanan yang tidak sehat. Karena apabila kita sudah terjebak dalam pertemanan yang negatif, bukan hanya susah berkembang, tapi terkadang kita juga kehilangan jati diri.
Jangan Lewati: Selamatan: Antara Bentuk Syukur, Pengharapan, dan Kearifan Lokal
Dengan begitu, perlu adanya kesadaran bahwa persahabatan sejati tidak cukup hanya dengan tawa dan kebersamaan, tetapi nilai-nilai dalam Pancasila harus menjadi kompas moral yang membimbing kita untuk saling menghargai, menjaga persatuan, dan menyelesaikan masalah bersama. Apabila prinsip-prinsip ini diterapkan dengan sungguh-sungguh dalam pertemanan, kita bukan hanya memperkuat ikatan sosial, tapi juga ikut menciptakan lingkungan kampus yang lebih damai dan sehat. Dan mari kita jadikan Pancasila bukan hanya sekadar hafalan lima sila di kepala, tetapi pedoman nyata dalam menjalin hubungan sosial. Karena dari pertemanan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, akan lahir generasi yang lebih matang, toleran, dan siap membangun masa depan bersama.
Septalia Tientha Ananda, Mahasiswa PGMI Fakta IIQ An Nur Yogyakarta
















