KH. Heri Kuswanto
1) HR. Bukhari dan Muslim:
وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ; أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ -وَهِيَ اِمْرَأَةُ أَبِي طَلْحَةَ- قَالَتْ: – يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنَّ اَللَّهَلَا يَسْتَحِي مِنْ اَلْحَقِّ, فَهَلْ عَلَى اَلْمَرْأَةِ اَلْغُسْلُ إِذَا اِحْتَلَمَتْ? قَالَ: “نَعَمْ. إِذَا رَأَتِالْمَاءَ” – اَلْحَدِيثَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Ummu Sulaim–ia adalah istrinya Abu Thalhah–berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidaklah malu menyebutkan kebenaran. Apakah wanita tetap mandi junub jika mimpi basah?” Nabi saw menjawab, “Iya, tetap mandi junub jika ia melihat air.”
Jangan Lewatkan Baca Juga: Junub Hingga Pagi, Mandi Setelah Azan Subuh, Sah Puasanya?
2) Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah ra:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
“Nabi saw pernah mendapati waktu fajar (Subuh) dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau saw mandi dan tetap berpuasa.”
3) Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata:
قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ فِى رَمَضَانَ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ غَيْرِ حُلُمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُومُ.
“Rasulullah saw pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau saw mandi dan tetap berpuasa.”
Ikuti Saja: Tahsin Bacaan Alquran Metodologi Yambu’a Kiai Abdul Haris
Pelajaran:
– Mimpi basah tidak membatalkan puasa karena bukan pilihan seseorang untuk mimpi basah.
– Kalau mimpi basahnya setelah waktu Subuh, maka orang yang junub boleh menunda mandi wajibnya hingga waktu Zuhur.
– Jika junub karena mimpi basah atau hubungan intim dengan istri di malam hari, maka bagi pria yang wajib menunaikan salat berjamaah diharuskan segera mandi wajib sebelum pelaksanaan salat Subuh.
Perhatikan! Nasehat Ramadan 2022 Gus Mus
– Jika wanita suci di malam hari dan setelah berakhir waktu salat isya’ (setelah pertengahan malam) maka ia boleh menunda mandi wajib hingga waktu Subuh asalkan sebelum matahari terbit supaya ia dapat melaksanakan salat Subuh tepat waktu.
KH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.
1 komentar