TBM Mekar Utama Tutup Festival Literasi Anak 2025 dengan Gelar Karya dan Peluncuran Buku

Kabar, Nasional146 Dilihat
TBM Mekar Utama Tutup Festival Literasi Anak 2025 dengan Gelar Karya dan Peluncuran Buku
Foto: Penutupan Festival Literasi Anak 2025

ejogja.ID | Lampung Timur, 26 Oktober 2025 – Suasana Minggu pagi di Desa Bumi Harjo terasa berbeda. Di halaman sederhana Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mekar Utama, suara tawa anak-anak berpadu dengan alunan gitar akustik dan riuh tepuk tangan warga. Dari panggung kecil di bawah terpal warna-warni, seorang ibu membacakan cerita dengan penuh ekspresi. Di sisi lain, beberapa anak menirukan gerakan boneka tangan sambil bernyanyi. Begitulah puncak Festival Literasi Anak Desa Bumi Harjo 2025 digelar—hangat, dekat, dan penuh makna.

Jangan Lewati: Jadi Santri

Kegiatan yang menjadi penutup rangkaian program literasi TBM Mekar Utama ini diisi dengan membaca nyaring, mendongeng, dan peluncuran buku. “Kami ingin literasi dirasakan sebagai perayaan, bukan kewajiban,” ujar Arsi Herawati, pengelola TBM Mekar Utama, dalam sambutannya. Ia menyebut festival ini sebagai bentuk diseminasi karya, sekaligus persembahan kecil bagi Lampung Timur.

Arsi menjelaskan bahwa sepanjang Oktober, TBM Mekar Utama dipercaya oleh Badan Bahasa Kemdikdasmen untuk menjalankan program Festival Lada 2025—akronim dari Festival Literasi Anak Desa Bumi Harjo. Rangkaian kegiatan itu diawali dengan penguatan kapasitas pengelola komunitas literasi se-Kabupaten Lampung Timur pada 4 Oktober 2025. Dari pertemuan itu lahirlah sebuah buku resensi berjudul “Membaca Ulang Cerita Anak, Menyelami Dunia Sophia”, yang ditulis oleh 14 penulis muda potensial Lampung Timur.

Beberapa hari setelahnya, kegiatan berlanjut dengan penguatan literasi masyarakat pada 18–19 Oktober 2025 di Balai Desa Bumi Harjo. Para guru TK, PAUD, RA, dan pengelola TBM belajar bersama tentang cara memanfaatkan buku bermutu melalui metode membaca nyaring dan mendongeng. “Kami ingin membumikan cara-cara membaca yang menyenangkan, supaya buku tak hanya jadi benda pajangan, tapi alat hidup,” tutur Arsi.

Jangan Lewati: TBM Mekar Utama Dorong Penguatan Literasi Guru TK dan Pengelola TBM di Lampung Timur

Sebagai penutup, pada Minggu 26 Oktober 2025 digelar diseminasi gelar karya—sebuah pementasan terbuka bagi publik yang memadukan pertunjukan membaca nyaring, mendongeng, serta peluncuran buku hasil program. “Melalui kegiatan ini kami ingin anak-anak, guru, dan warga desa belajar bersama. Literasi tidak berhenti di membaca, tapi juga berkarya,” tambahnya.

TBM Mekar Utama Tutup Festival Literasi Anak 2025 dengan Gelar Karya dan Peluncuran Buku
Foto: Dongen dalam penutupan Festival Literasi Anak 2025

Buku “Membaca Ulang Cerita Anak, Menyelami Dunia Sophia” menjadi simbol nyata dari semangat itu. Ada 14 penulis muda potensial dari Kabupaten Lampung Timur. Mereka adalah Arsi Herawati, Amin Budi Utomo, Ahmad Nashirudin, Ari Siswanto, Arif Prasetyo, Armidi, Dwi Kurniawan, Dwi Suranti, Endri Rusmanto, Imam Susanto, Muhammad Munawar, Nur Latifah, Umi Setaworo Librestri, dan Raditio Wahid. Buku ini berisi resensi atas bacaan anak yang bermutu.

“TBM Mekar Utama memberi contoh bahwa literasi bisa hidup di desa,” ujar Solikhul Hadi, pengurus Forum TBM Lampung, dalam sambutannya. “Kami berharap gerakan ini menjadi pemantik, agar semakin banyak masyarakat yang literat.”

Jangan Lewati: Wacana Pembentukan Ditjen Pesantren, Gus Hilmy: Negara Tak Boleh Lagi Memperlakukan Pesantren sebagai Pelengkap Derita

Apresiasi juga datang dari Eko Yulianto, Sekretaris Desa Bumi Harjo. Ia menyebut kegiatan literasi ini membawa “dampak positif dan atmosfer baru” bagi masyarakat desa. Sementara perwakilan Pemerintah Kecamatan Batanghari, Sugito, S.Pd, yang menutup acara secara resmi, mengaku salut dengan kegigihan pengelola TBM dalam menghidupkan ruang baca di wilayahnya. “Kami di kecamatan akan terus memberi dukungan,” ucapnya.

Di akhir acara, pertunjukan mendongeng menjadi puncak yang paling asyik. Anak-anak tampak antusias mengikuti setiap adegan puppet show bernyanyi, menari, bahkan menirukan suara tokoh-tokoh cerita. Di sela tawa dan tepuk tangan, tampak bagaimana kegiatan literasi ini bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang membangun imajinasi dan kebersamaan.

Sebagai penutup, Ari Siswanto membacakan puisi karya Joko Pinurbo, berlanjut dengan penampilan akustik sederhana dari peserta festival. Di bawah langit sore Bumi Harjo, acara berakhir tanpa formalitas berlebihan. Ada hanya tepuk tangan, senyum, dan obrolan ringan di antara warga dan pegiat literasi.

Festival ini mungkin telah usai, tapi semangatnya terasa masih menggantung di udara: semangat untuk membaca, menulis, dan mendongeng dari desa kecil di Lampung Timur, untuk Indonesia yang gemar literasi. [Br]

Mau ngiklan di ejogja.ID? Klik: Pasang Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *