
ejogja.ID | Aroma kopi robusta menyambut setiap tamu yang datang ke Café Robusta Wawai, Sabtu siang (4/10/2025). Namun bukan sekadar kopi yang menghidupkan suasana sore itu. Puluhan pengelola TBM, guru, dan pegiat literasi berkumpul dalam sebuah hajatan sederhana tapi bersejarah: Festival Literasi Anak Desa Bumi Harjo (Festival LADA) 2025.
Jangan Lewati: Ponpes Al-Khoziny Pasuruan Ambruk, Ini Profil Pengasuhnya
Bagi Arsi Herawati, ketua TBM Mekar Utama, acara ini adalah mimpi panjang yang akhirnya menemui wujudnya. “Tiga tahun kami merintis dari lapak buku kecil, perpustakaan seadanya, dan berkeliling kampung. Kami hanya ingin buku lebih dekat dengan masyarakat. Hari ini, mimpi itu mulai terasa nyata,” ujarnya, tersenyum haru.
Festival ini bukan sekadar panggung seremoni. Ada tiga rangkaian acara yang disiapkan. Dimulai dengan workshop menulis resensi buku dan tata kelola komunitas. Di ruang kecil yang dipenuhi kursi plastik, Solihin Utjok dari Dewan Kesenian Metro memandu peserta menulis resensi dengan gaya jurnalistik. Sementara Solikhul Hadi mengulas pentingnya pengelolaan komunitas literasi yang solid.
Dua pekan kemudian, giliran para guru PAUD, TK, dan RA diajak berlatih membaca nyaring dan mendongeng. Mereka belajar bagaimana suara, ekspresi, dan cerita bisa menghidupkan buku di hadapan anak-anak. Festival akan berakhir pada 25 Oktober dengan peluncuran buku resensi karya komunitas literasi, sekaligus pentas mendongeng oleh anak-anak desa.
Jangan Lewati: Beasiswa! Bantuan Penyelesaian Pendidikan S3 dalam Negeri
Kepala Dinas Perpustakaan Lampung Timur, Mohammad Ridwan, menyebut kegiatan ini sejalan dengan Bulan Gemar Membaca. “TBM Mekar Utama memberi contoh bahwa gerakan literasi bisa tumbuh dari desa, dari inisiatif sederhana,” katanya. Dukungan datang pula dari pemerintah desa dan Forum TBM Provinsi Lampung yang menekankan pentingnya kualitas SDM pengelola TBM.
Bagi masyarakat Desa Bumi Harjo, festival ini adalah pesta kecil penuh makna. Di antara rak buku sederhana, kopi robusta yang hangat, dan riuh suara anak-anak, lahir keyakinan bahwa literasi bisa bersemi di mana saja. Bahkan di sebuah desa kecil di Lampung Timur, harapan itu tumbuh, disiram oleh kerja keras, kolaborasi, dan cinta pada buku.
Jangan Lewati: Pasang iklan di ejogja.ID, klik: Pasang Iklan













