
ejogja.ID | Halaman kelas sederhana di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 Bantul tampak berbeda dari biasanya. Kursi-kursi ditata rapi, spanduk acara konsolidasi terpasang di dinding, dan ratusan pasang mata tertuju pada satu titik: seorang remaja kurus berkaus putih yang memberanikan diri maju ke depan.
Jangan Lewati: Beasiswa! Swiss Government Excellence Scholarships: Tunjangan Hingga Sekitar Rp 70 Juta Per Bulan
Namanya Arif Maulana Muhammad, atau akrab disapa Lana. Ia berdiri dengan kedua tangan mengepal kecil, seolah menahan gemetar. Di hadapannya, duduk Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul), sejumlah Kepala Dinas Sosial, serta kepala sekolah Sekolah Rakyat dari berbagai daerah DIY dan Jawa Tengah.
Lana bukan pembicara ulung, tapi ia punya cerita penting: kisah hidupnya yang sempat patah di tengah jalan, lalu disambung kembali oleh Sekolah Rakyat.
Dialog yang Membuka Luka
Dengan suara ramah, Gus Ipul mengajukan pertanyaan singkat:
“Berapa tahun putus sekolah?”
Ruangan menjadi hening. Lana menarik napas dalam, lalu menjawab dengan suara mantap meski sorot matanya sempat berkaca-kaca:
“Total 1,5 tahun, soalnya pas habis lulus dari SMP tuh sempat daftar SMK, Pak. Tapi keluar semester pertama, merawat ibu sakit, Pak.”
Beberapa guru yang hadir menunduk, ikut merasakan getirnya pengalaman itu.
Kehilangan dan Kesendirian
Lana tumbuh tanpa ayah sejak duduk di kelas 2 SMP. Setelah itu, ibunya jatuh sakit dan harus dibawa kakaknya ke Jakarta untuk dirawat. Sejak saat itu, Lana tinggal seorang diri di Yogyakarta.
Jangan Lewati: Mantan Menteri Jokowi Dipenjara, Ini Profil Lengkapnya
Kontrakan yang dulu jadi tempat tinggalnya terpaksa ditinggalkan. Untuk bertahan, ia menumpang di rumah kerabat. Masa remaja yang seharusnya penuh tawa dan pelajaran berubah menjadi perjuangan menjaga diri. Namun di balik kesepian itu, Lana menyimpan satu tekad: ia tidak ingin berhenti belajar.
Menemukan Kembali Sekolah
Ketika kesempatan datang melalui Program Sekolah Rakyat, Lana menerimanya tanpa ragu. Awalnya, ia merasa canggung. Teman-teman di kelas lebih muda, sementara ia sudah sempat tertinggal jauh. Namun lambat laun, ia mulai berbaur.
“Di sini saya merasa punya rumah baru,” katanya suatu waktu.
Lana paling senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Ia bermimpi menjadi penulis—profesi yang menurutnya bisa membuat kata-kata sederhana menjadi kekuatan. “Saya paling suka pelajaran Bahasa Indonesia, karena ingin jadi penulis. Gurunya sabar-sabar, jadi saya semangat lagi,” ungkapnya.
Terima Kasih untuk Presiden
Di hadapan para pejabat dan hadirin, Lana tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden. Suaranya bergetar, tapi kalimatnya jelas: “Untuk Pak Presiden Prabowo Subianto, terima kasih sebesar-besarnya telah membuat Program Sekolah Rakyat ini untuk orang-orang yang tidak mempunyai biaya untuk sekolah, untuk melanjutkan pendidikan.”
Jangan Lewati: Kementerian Agama Luncurkan Program Bantuan Operasional Perpustakaan Masjid Tahun 2025
Ucapannya mendapat tepuk tangan hadirin. Bagi Lana, program ini bukan hanya kesempatan, melainkan jembatan menuju masa depan yang sempat terasa jauh.
Pesan Semangat dari Gus Ipul
Mendengar kisah Lana, Gus Ipul tampak terenyuh. Ia lalu memberi pesan penuh motivasi:
“Kamu latihan terus, belajar terus yang sungguh-sungguh, jadi bener-bener supaya cita-citamu tercapai.”
Suasana semakin hangat ketika Gus Ipul menambahkan dengan nada tegas:
“Inilah anak-anak istimewa, anak-anak istimewa ceria kayak gini, kalau enggak ada kesempatan sekolah, bayangkan bapak ibu sekalian, kayak apa mereka ini.”
Jangan Lewati: Ulat di Sayur, Jangkrik di Tahu: Kualitas Program Makan Bergizi Gratis di Bantul
Seisi ruangan terdiam sejenak, seolah memahami betapa pendidikan bisa menjadi penentu arah hidup seorang anak.
Sekolah Rakyat, Harapan Menyala Kembali
Program Sekolah Rakyat hadir untuk mereka yang pernah tersisih dari sistem pendidikan formal. Bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera, program ini bukan sekadar ruang belajar, melainkan ruang penyelamat.
Kisah Lana adalah satu dari ribuan cerita yang lahir dari program ini. Dari seorang remaja yang sempat putus asa, ia kini kembali duduk di bangku sekolah, menulis mimpi, dan berani melangkah ke depan.
Di kelas yang sederhana itu, Lana tidak hanya menemukan guru dan teman. Ia menemukan kembali harapan—sebuah cahaya kecil yang bisa menuntunnya menuju masa depan.
Pasang iklan di ejogja.ID, klik: Pasang Iklan