
ejogja.ID | Hidup sering kali memberi jalan berliku, dan di balik liku itu tersimpan hikmah yang mendewasakan. Begitu pula kisah Julia Agustin, mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta yang akrab disapa Julia.
Jangan Lewati: 173 Calon Sarjana IIQ An Nur Yogyakarta Dapat “Wejangan Spesial” Jelang Wisuda
Sejak kecil, Julia tumbuh dalam lingkungan yang sarat nilai religius. Ia memulai pendidikan di SD Islamiyah Sekayu, lalu melanjutkan ke MTs Al Hikmah dan SMA Bina Nusa yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Al Hikmah Betung, Banyuasin. Setelah lulus, ia mantap memilih IIQ An Nur Yogyakarta dengan alasan sederhana namun mendalam: ingin menyempurnakan hafalan Al-Qur’an.
“Saya memilih IIQ An Nur, karena di sini bisa kuliah sambil mondok dan melanjutkan hafalan. Itu yang saya cari,” ungkapnya.
Ujian Kehilangan yang Menguatkan
Julia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara—tiga laki-laki dan tiga perempuan. Ayahnya seorang guru PNS, sedangkan ibunya ibu rumah tangga yang menjadi pusat kasih sayang keluarga. Namun, di kelas XI SMA, Julia diuji dengan cobaan besar: ayah dan ibunya mengalami kecelakaan saat hendak menjenguknya di pondok. Sang ibu mengalami koma hingga akhirnya dipanggil Allah SWT.
Jangan Lewati: ASN Jadi Pelopor, Gus Hilmy Apresiasi Gerakan Pilah Sampah di Bantul
“Kehilangan ibu adalah duka mendalam,” kenangnya dengan mata berkaca. Namun Allah mengirimkan pengganti peran itu melalui kakaknya, Rahma Sinta. “Beliau bukan hanya kakak, tapi juga ibu bagi kami. Terima kasih atas pengorbananmu—tenaga, waktu, pikiran, bahkan materi yang engkau curahkan. Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan keberkahan dan kebahagiaan,” ucap Julia penuh haru.
Bertumbuh di IIQ An Nur Yogyakarta
Menjadi mahasiswa IIQ An Nur bagi Julia bukan sekadar soal akademik. Ia merasakan suasana belajar yang kondusif, bimbingan dosen yang penuh perhatian, serta lingkungan pesantren yang mendidik disiplin. Tantangan manajemen waktu dan ritme kuliah ia hadapi dengan sabar dan tanggung jawab.
“IIQ bagi saya bukan hanya tempat mencari ilmu dunia, tapi juga ilmu akhirat. Lingkungannya mendukung, dosen-dosen ramah, dan teman-teman saling support,” tuturnya bersyukur.
Jangan Lewati: Beasiswa! Swiss Government Excellence Scholarships: Tunjangan Hingga Sekitar Rp 70 Juta Per Bulan
Prestasi dan Kiprah
Kerja keras Julia akhirnya berbuah manis. Dari berbagai ajang yang ia ikuti, namanya kerap muncul sebagai juara. Dalam Semarak Tarbiyah IIQ An Nur, ia berhasil tampil meyakinkan hingga meraih Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Arab. Kiprahnya berlanjut di RFM Pondok Pesantren An Nur, ketika ia kembali mengukir prestasi dengan menyabet Juara 1 Lomba Resensi Kitab. Tak berhenti di situ, hafalannya pun diakui dengan capaian peringkat tes hafalan al-Quran di Pondok Pesantren An Nur. Deretan prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa di tengah keterbatasan dan ujian hidup, semangat Julia tak pernah padam—justru semakin menyala.
Harapan dan Motto Hidup
Julia menyimpan doa besar untuk almamaternya. Ia berharap IIQ An Nur terus berkembang, meningkatkan kualitas akademik, memperbaiki fasilitas, dan mencetak lebih banyak generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.
Adapun motto hidup yang ia genggam erat adalah: Kita bisa, jika kita ingin berusaha mencapainya. Ingat, setiap kemauan yang diusahakan, Allah akan memberikan jalannya.
Jangan Lewati: Telah Dibuka! Beasiswa Program KIP Kuliah IIQ An Nur Yogyakarta 2025
Kisah Julia adalah pengingat bahwa kehilangan tak selalu berarti akhir. Dari duka, lahirlah kekuatan. Dari keterbatasan, tumbuhlah prestasi. Dan dari setiap ayat yang ia hafal, Julia menapaki jalan cinta kepada Al-Qur’an—jalan yang membawanya semakin dekat pada cahaya. [Nawa]
Jangan Lewati: Pasang iklan di ejogja.ID, klik: Pasang Iklan