Jurus Dialog yang Jitu dan Santun Ala Socrates

Literasi4034 Dilihat

Jurus Dialog yang Jitu dan Santun Ala Socrates

Tidak ada yang tidak indah bila tahu caranya, termasuk berdialog yang santun. Percakapan, diskusi atau pun musyawarah memicu derasnya ancaman pertanyaan sekaligus perisai bantahannya dari kedua belah pihak. Hal ini rentan sekali akan terjadinya pertikaian. Namun, ketika orang yang berdiskusi didasari oleh pengetahuan “ketidaktahuan”, maka ia akan membangun alur berpikir yang cerdas untuk menemukan pengetahuan yang lebih sejati. Karena memang, setiap individu mengandung potensi budi luhur sebagai manusia untuk mengetahui kebenaran, kebaikan dan bahkah kesalahan dirinya. 

Salah satu strategi yang bisa kita gunakan adalah metode dialog Socrates. Dialog berakar dari kata Yunani: dia-logos. Dia berarti melintasi/menyebrangi. Logos berarti kata/nalar/akal. Jadi, dialog merupakan tindakan saling komunikasi berbasis nalar antara kedua belah pihak yang melakukan percakapan. Socrates mengajak kita untuk menemukan mutiara edukasi dan etika hidup dengan jurus-jurus dialognya yang segar. Ajakan Socrates berlandaskan pada sebuah prinsip, bahwa setiap ilmu seharusnya mampu menyingkap hakikat hidup yang sesungguhnya, (Faiz, 2019). Ilmu harus menaikkan kualitas hidup dan mewujudkan potensi yang sudah ada dalam diri, sehingga ilmunya tidak mubazir. Okay, kita belajar bersama tentang jurus-jurus Socrates biar kian kenal siapa diri kita sesungguhnya.

Pertama: Jurus tidak Tahu

Tidak tahu. Aku tidak tahu. Kuda-kuda semacam ini wajib terpasang dalam diri kita sebelum memulai dialog. Bila diawali: aku sudah tahu, maka bubar dunia ‘persilatan’ dan yang sering terjadi adalah saling merendahkan. Ini bisa berimbas pada adu mulut dan atau bahkan berujung tawuran. Kacau, kan. Socrates hadir dengan jurus “ketidaktahuan”. Afirmasi “tidak tahu” menjadi langkah pertama dan utama untuk memulai dialog-dialognya. Satu-satunya hal yang aku tahu adalah bahwa aku tidak tahu apa-apa, ungkapan bijak Socrates  makjleb sekali. Kerendahan hati tentang apa yang diketahui banyak tergambar dalam dialog-dialognya yang ditulis muridnya, Plato. Di antara naskah dialog Socrates yang ditulis Plato adalah Euthyphro, Apology, Crito, Phaedo, dan Republic. Dalam naskah ini, Plato juga mengembangkan pikirannya sendiri dengan bersandar pada manifesto kehidupan Socrates. 

Sebagai filsuf Yunani kuno, Socrates terkenal dengan metodenya yang disebut dialectic atau dialektika, di mana ia akan terus bertanya dan meragukan jawaban sampai ia mencapai kebenaran yang sejati. Salah satu konsep penting dalam pemikiran Socrates adalah “tidak tahu” atau “bodoh yang sadar”. Menurut Socrates, bodoh yang sadar adalah kesadaran bahwa kita tidak tahu segalanya dan kita harus terus belajar dan meragukan apa yang kita pikir kita tahu. Dalam dialog-dialognya, Socrates sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab untuk menunjukkan bahwa orang-orang tidak tahu sebanyak yang mereka pikir mereka tahu.

Konsep “tidak tahu” sangat relevan dalam kehidupan kita hari ini. Dalam dunia yang terus berkembang dan berubah dengan cepat, kita terus belajar dan meragukan apa yang kita pikir kita tahu. Kita terus membuka pikiran untuk ide-ide baru dan pandangan yang berbeda. Kita belajar untuk mengakui kebodohan kita dan meminta bantuan ketika membutuhkannya.

Di era informasi saat ini, kita sering terjebak dalam pikiran bahwa kita tahu segalanya karena informasi tersedia begitu banyak. Namun, Socrates mengingatkan kita bahwa informasi tidak sama dengan pengetahuan sejati. Kita selalu belajar dan mempertanyakan apa yang kita pikir tentang tahu agar dapat memperoleh kebenaran yang sejati. Jurus tidak tahu dimulai dari diri: ini orang-orang kok pinter semua ya? Bisa banyak memberikan penjelasan ini dan itu? Kok saya gak bisa ya? Dengan merasa betul-betul tidak tahu, maka kita bisa memulai dialog dengan: aku tidak mengerti tentang ini.

Kedua: Jurus Ironi

Ironi sebagai langkah kepura-puraan Socrates, padahal sebenarnya dia memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini sering dilakukannya untuk membawa teman bicaranya pada kesimpulan yang dirasa absurd dengan pertanyaan-pertanyaan terampil (reductio ad absurdum). Dalam hal ini, Socrates meyakinkan teman bicaranya untuk menilai kembali asumsinya dan memecahkan masalah secara bijaksana. Dalam ungkapan: yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa, Socrates meragukan keunggulan kebijaksanaannya sendiri atas kebijaksanaan orang lain pada saat yang sama. Dia selalu terbuka untuk belajar dan mempertanyakan keyakinannya sendiri. Pandangan Socrates ini masih relevan hingga saat ini dan dapat membantu kita untuk memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar dengan lebih baik.

Dalam metode argument to absurdity atau reductio ad absurdum ini, Socrates mengajukan serangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk mengeksplorasi asumsi-asumsi yang mendasari argumen teman bicaranya. Kemudian, Socrates membawa temannya pada kesimpulan yang meragukan dengan mengungkapkan kontradiksi atau inkonsisten dalam argumennya. Ad absurdum bertujuan untuk membantu teman bicara mempertanyakan keyakinannya dan memecahkan masalah dengan cara akal cerdas.

Socrates sering sekali berpura-pura tidak tahu ketika ngobrol dengan temannya. Metode tersebut biasanya disebut sebagai gaya ironi. Langkah ini adalah sindiran untuk membesarkan hati atau pikiran. Jurus ironi bisa kita ambil contohnya begini: wah pendapatmu bagus sekali. Padahal kita tahu isinya kurang pas karena tidak sinkron antara fakta dan pendapatnya. Pernyataan Socrates: kamu adalah teman yang langka, Euthyphro. Saya tidak bisa melakukan hal yang lebih baik kecuali menjadikanmu sebagai guru. Ini dilakukan untuk memunculkan kepercayaan diri agar mau melanjutkan pendapat atau komentarnya. Misal lain untuk seorang anak, wuih pinter bisa nulis A. Tidak baik kita bilang pada anak balita: bisa nulis A aja bangga. 

Ketiga: Jurus Konfutasi

Jurus ketiga berupa elenchus atau konfutasi. Metode elenchus adalah metode dialog yang digunakan oleh Socrates untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik atau masalah. Dalam metode ini, Socrates bertanya kepada teman bicaranya dengan tujuan untuk mengungkapkan kelemahan dalam argumen yang diajukan. Metode elenchus bertujuan untuk membantu orang memahami kebenaran yang sebenarnya dan menghindari kesalahan dalam berpikir. Jurus elenchus bisa diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan, hukum, konseling, dan lain-lain. 

Di bidang pendidikan, metode konfutasi digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan reflektif siswa via dialog yang terstruktur. Dalam metode ini, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi. Metode konfutasi Socrates melibatkan tiga tahap yaitu pertanyaan, jawaban, dan evaluasi. Pertanyaan yang diajukan oleh guru bertujuan untuk membangkitkan pemikiran siswa dan mendorong mereka untuk berpikir kritis. Jawaban siswa kemudian dievaluasi oleh guru dan siswa lainnya untuk memperjelas pemahaman dan memperbaiki kesalahan.

Dialog dengan metode elenchus untuk memastikan konsistensi dan kredibilitas perkataan seseorang. Kata Richard, jurus ketiga ini bertujuan membangunkan manusia dari pelukan dogmatis menjadi kesadaran intelektual yang tulus, (Robinson, 1966: 5). Pada langkah ketiga, argumen yang tidak konsisten atau keliru dapat ditampakkan. Coba kita perhatikan dialog singkat ini.

  • Kenapa kamu tampak murung sekali?
  • Ya, karena cinta sejatiku dikhianati. 
  • Hebat sekali cintamu bisa sejati. Apa sih cinta sejati itu?
  • Cinta sejati itu hidup dan mati tidak penting, yang terpenting pasangan bahagia.
  • Lah pasanganmu sekarang bahagia dengan orang lain. Katanya kebahagiaan pasanganmu juga kebahagiaanmu. Sekarang kau malah stress. Harusnya kamu ikut bahagia, pasanganmu bahagia dengan pacar barunya, (Faiz, 2019).
Keempat: Jurus Kebidanan

Langkah keempat berupa maieutica technic atau teknik kebidanan. Teknik ini menjadi jurus Socrates untuk memicu setiap orang yang memiliki potensi kebenaran untuk memahami dan menangkap kebenarannya sendiri. Socrates berkeyakinan, bahwa manusia mempunyai jawaban terpendam bagi setiap persoalan hidup. Sebab itu, sebenarnya setiap orang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Tugas Socrates seperti bidan yang membantu proses persalinan. Pasien yang hamil bukan bidannya. Socrates sebagai bidan yang mendorong lahirnya kebenaran melalui pikiran pasien sendiri. 

Teknik maieutica digunakan oleh Socrates untuk membantu individu sampai pada pemahaman yang lebih dalam tentang suatu konsep atau ide. Istilah “maieutica” berasal dari kata Yunani untuk kebidanan, karena Socrates percaya bahwa ia membantu “melahirkan” pengetahuan murid-muridnya. Teknik ini melibatkan mengajukan serangkaian pertanyaan yang secara bertahap mengarahkan individu ke pemahaman yang lebih tepat dan bernuansa topik yang diperbincangkan.

Di zaman sekarang, teknik maieutica telah diadaptasi dan diterapkan di berbagai bidang, termasuk pendidikan, psikologi, dan konseling. Ini sering digunakan sebagai alat untuk berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta sarana untuk membantu individu mengeksplorasi keyakinan dan nilai-nilai mereka sendiri.

Salah satu contoh teknik maieutica dalam tindakan adalah penggunaan pertanyaan terbuka dalam sesi terapi. Dengan mengajukan pertanyaan yang mendorong refleksi dan introspeksi, terapis dapat membantu klien untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pikiran dan perasaannya sendiri, dan untuk mengidentifikasi pola atau keyakinan yang mungkin menahannya. Jurus keempat ini menjadi alat yang ampuh untuk membantu individu mengeksplorasi ide dan konsep yang kompleks, dan untuk sampai pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitarnya. Jadi terang, teknik maieutica bisa menjadi sarana yang efektif untuk melahirkan pemikiran kritis, refleksi diri, dan pertumbuhan pribadi.

Sangat penting rasanya, saya cantumkan contoh dialog panjang Socrates dan Euthyphro dalam mencari kebenaran universal tentang kesucian dengan metode berpikir kritis. Ini contoh obrolan berbobot yang saya dapat ketika ikut kuliah di kelas dulu. Kata Socrates: aku tidak bisa mengajar apa-apa pada orang-orang, aku hanya bisa membuat mereka berpikir. Mari kita perhatikan dan temukan empat jurus Socrates pada dialog di bawah ini. 

Euthyphro Socrates, apa yang kau lakukan di sini di pengadilan sang Raja?
Socrates Saya sedang dituduh, Euthyphro, oleh seorang pemuda yang hampir aku tidak pernah tahu. Namanya Meletus. Dia menuduhku membuat dewa-dewa baru dan menolak keberadaan dewa-dewa lama.
Euthyphro  Saya yakin kamu akan memenangkan kasusmu, Socrates, seperti halnya saya berharap juga bisa memenangkan kasusku.
Socrates  : Tetapi apa gugatanmu, Euthyphro?
Euthyphro  : Saya menuntut ayah dengan tuduhan pembunuhan, Socrates. Salah satu budak saya dalam keadaan mabuk tiba-tiba membunuh seorang budak temannya. Ayah saya merantai orang yang melakukan kejahatan dan meninggalkannya dalam sebuah parit yang tidak dikunjungi beberapa hari karena menunggu keputusan dari seorang pendeta. Kedinginan, kelaparan, dan rantai-rantai membunuhnya. Jadi sekarang, saya menuntut ayah dengan tuduhan pembunuhan, melawan harapan-harapan yang bodoh dari keluarga saya yang tidak tahu kesucian sejati memerlukan seorang pendeta sepertiku.
Socrates  : Semoga diberkati, Euthyphro. Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang gamblang tentang kesucian yang membuat kamu berani melakukan sesuatu yang tidak suci dengan menuntut ayahmu sendiri dengan tuduhan pembunuhan?
Euthyphro  : Milikku yang paling berharga, Socrates, adalah pengetahuan pasti yang saya miliki mengenai masalah ini.
Socrates  Kamu adalah teman yang langka, Euthyphro. Saya tidak bisa melakukan hal yang lebih baik kecuali menjadikanmu sebagai guru sehingga aku mampu mempertahankan diriku sendiri melawan Meletus yang menuduhku berbuat tidak suci. Katakan padaku, apa kesucian dan ketidaksucian itu?
Euthyphro  Kesucian adalah melakukan apa yang sedang saya lakukan: menuntut orang bersalah karena melakukan pembunuhan, pelanggaran terhadap yang dianggap keramat, atau jenis kejahatan lainnya yang mirip, dan tidak menuntut perbuatan jahat tersebut adalah ketidaksucian. Siapapun pelakunya tidak ada perbedaan.
Socrates  Tetapi, tidak akankah kau katakan, Euthyphro, bahwa ada banyak tindakan-tindakan suci lainnya.
Euthyphro  Ada 
Socrates  Saya tidak memintamu memberikan contoh-contoh tentang kesucian, Euthyphro, tetapi mengidentifikasi karakteristik yang membuat hal-hal yang suci adalah suci. Pasti ada beberapa karakteristik bahwa semua hal suci memiliki kesamaan, dan karakteristik yang membuat hal-hal tidak suci adalah tidak suci. Beritahu aku apa karakteristik ini sendiri, agar aku dapat mengatakan tindakan-tindakan mana yang suci dan nama yang tidak suci. 
Euthyphro  Baiklah, kesucian adalah apa yang dicintai oleh dewa-dewi dan apa yang tidak dicintai oleh mereka adalah tidak suci.
Socrates  Sangat bagus, Euthyphro. Sekarang, kamu telah memberikan jenis jawaban yang aku inginkan. Ayo kita memeriksanya. Sesuatu atau seseorang yang dicintai dewa adalah suci, dan sesuatu atau seseorang yang dibenci oleh dewa adalah tidak suci. Apakah itu meringkas apa yang kamu katakan?
Euthyphro  Ya. 
Socrates  Tetapi kamu mengakui, Euthyphro, bahwa dewa memiliki ketidaksepakatan-ketidaksepakatan. Maksudnya, sebagian hal dibenci oleh sebagian dewa dan dicintai oleh sebagian dewa yang lain. 
Euthyphro  Benar. 
Socrates  Lalu berdasarkan pandanganmu, Euthyphro, hal-hal yang sama akan bisa menjadi suci dan tidak suci.
Euthyphro  Baiklah, saya kira demikian.
Socrates  Kemudian temanku, kamu benar-benar tidak menjawab pertanyaanku. Saya tidak meminta untuk memberitahukan kepadaku tindakan-tindakan mana adalah suci dan tidak suci; namun permintaanku hasil dari pandanganmu. Dalam menghukumi ayahmu, Euthyphro, boleh jadi kamu melakukan apa yang dicintai oleh dewa Zeus tapi dibenci oleh dewa Cronos.
Euthyphro  Tapi, Socrates, secara pasti tidak satupun para dewa tidak akan menyetujui kebenaran penghukuman ketidakadilan. 
Socrates  Manusia dan dewa-dewa secara pasti akan setuju tentang pengertian umum, bahwa perilaku-perilaku yang tidak adil harus dihukum. Manusia dan dewa tidak akan setuju tentang apakah tindakan tertentu ini adil atau tidak adil. Tidakkah itu benar?
Euthyphro  Agaknya benar.
Socrates  Jadi beri tahu aku, temanku: bagaimana kamu mengetahui bahwa semua dewa setuju tentang tindak tertentu ini: bahwa ia adalah adil bagi seorang anak untuk menuntut ayahnya karena merantai seorang budak yang bersalah atas pembunuhan dan meninggal dalam belenggu rantai sebelum otoritas religius mengatakan apa yang harus dilakukan dengannya? 

Bagaimana kamu mengetahui, bahwa semua dewa mencintai tindakan ini?

Euthyphro  Saya bisa membuat masalah lebih jelas bagimu, Socrates, walaupun ia akan membuatku butuh waktu agak lama.
Socrates  Euthyphro, saya tidak akan menegaskan tentangnya. Saya akan mengasumsikan, jika kamu ingin, bahwa semua dewa di sini setuju. Artinya yang saya benar-benar ingin pahami adalah ini: apakah dewa-dewa mencintai apa yang suci karena ia suci, atau apakah ia suci karena mereka mencintainya? Apa yang bisa kau katakan, Euthyphro? Berdasarkan definisimu, apapun yang suci dicintai oleh semua dewa, bukankah begitu?
Euthyphro  Ya. 
Socrates  Karena ia suci? Atau karena beberapa alasan lain?
Euthyphro  Tidak, itu adalah alasannya.
Socrates  Lalu, apakah yang suci dicintai oleh para dewa karena ia suci? Ia tidak suci karena dicintainya?
Euthyphro  Ya. 
Socrates  Lalu, Euthyphro, ketika saya menanyaimu esensi kesucian, kamu hanya memberiku satu sifat yang menyertai kesucian: sifat tentang yang dicintai dewa-dewa. Kamu belum mengatakan padaku apakah kesucian itu sendiri (sifat karena darinya dewa-dewa mencintai apa yang suci). Jadi tolong, Euthyphro, jangan sembunyikan hal berharga yang kaumiliki. Mulai lagi dari awal dan beritahu saya apa apa kesucian itu sendiri. 
Euthyphro  Saya benar-benar tidak tahu, Socrates, bagaimana mengungkapkan apa yang saya maksud. Agaknya atau argumen-argumen kita lainya tampak berputar dalam lingkaran dan menjauh dari kita.
Socrates  Lalu aku akan membantumu menyuruhku, Euthyphro. Katakan padaku – tindakan benar bahwa segala sesuatu yang suci adalah juga yang adil.
Euthyphro  Ya. 
Socrates  Apakah ia mengikuti bahwa segala sesuatu yang adil adalah juga suci? Ataukah kasusnya bahwa apapun yang suci adalah adil, tapi hanya sebagian hal yang adil adalah suci sementara sebagian hal yang adil lainnya adalah tidak suci? Karena keadilan merupakan gagasan yang lebih besar, yang kesucian hanya merupakan satu bagian darinya. Apakah kamu setuju dengan hal ini?
Euthyphro  Ya, saya pikir itu benar.
Socrates  Lalu, karena kesucian merupakan bagian dari keadilan, biarkan kita menanyakan bagian apa.
Euthyphro  Saya tahu, Socrates. Kesucian adalah bagian keadilan itu yang melibatkan pengabdian pada dewa-dewa, sementara bagian keadilan lainnya melibatkan pengabdian pada sesama manusia kita.  
Socrates  Bagus sekali, Euthyphro. Tapi masih ada hal kecil yang ada padanya dan aku membutuhkan bantuanmu: apa yang kamu maksud dengan “pengabdian”? Bukankah pengabdian selalu dirancang untuk keuntungan atau meningkatkan orang-orang yang diabdi atau dilayani?
Euthyphro  Benar. 
Socrates  Jadi apakah kesucian, yang berupa jenis pengabdian atau pelayanan, menguntungkan atau menaikkan dewa-dewa? Akankah kamu katakan bahwa ketika kamu melakukan suatu tindakan suci kamu membuat dewa-dewa menjadi lebih baik?
Euthyphro  Semoga diberkati, tidak.
Socrates  Lalu apakah pengabdian pada dewa-dewa ini yang disebut kesucian?
Euthyphro  Ia adalah jenis yang pada budak menunjuk pada majikan mereka.
Socrates  Saya paham, sejenis pelayanan pada dewa-dewa.
Euthyphro  Tepat. 
Socrates  Dan sekarang, katakan padaku, temanku yang baik, tentang pelayanan terhadap dewa-dewa. Apakah kegiatan-kegiatan yang ia libatkan?
Euthyphro  Akan sulit mempelajari itu semua, Socrates. Biarkan saya secara sederhana mengatakan bahwa kesucian adalah mempelajari bagaimana menolong dewa-dewa dengan penyembahan-penyembahan dan pengorbanan-pengorbanan.
Socrates  Pengorbanan adalah memberi pada dewa-dewa, dan penyembahan adalah meminta dewa-dewa. 
Euthyphro  Tepat, Socrates.
Socrates  Tapi pemberian yang sesungguhnya mencakup memberi dewa-dewa sesuatu yang mereka inginkan dari kita, bukankah begitu? Karena secara pasti, ia akan tanpa makna memberi apa yang tidak mereka inginkan.
Euthyphro  Sangat benar, Socrates.
Socrates  Tapi lalu katakan padaku, apa keuntungannya dari hadiah-hadiah yang kita berikan pada dewa-dewa? Yang jelas, mereka adalah para pemberi setiap hal baik yang kita miliki. Jadi, bagaimana kita dapat memberi sesuatu hal baik pada mereka yang dalam pengembaliannya adalah teka-teki. 
Euthyphro  Tapi Socrates, kamu tidak menggambarkan bahwa ada keuntungan-keuntungan datang pada dewa-dewa dari hadiah-hadiah yang kita berikan pada mereka?
Socrates  Jika tidak, Euthyphro, lalu jenis hadiah-hadiah seperti apakah yang keuntungan-keuntungannya ini bisa ada?
Euthyphro  Tidak lain kecuali pujian dan penghormatan dan apapun yang menyenangkan para dewa.
Socrates  Lalu, kesucian adalah melakukan apa yang menyenangkan dewa-dewa, dan tidak apa menguntungkan mereka.
Euthyphro  Saya akan katakan, bahwa kesucian, di atas semuanya, adalah melakukan apa  yang dicintai oleh dewa-dewa.
Socrates  Tidakkah ia mengejutkanmu, argumen-argumen kita berputar-putar dalam lingkaran? Pastinya kamu harus mengingat tadi, kita menyimpulkan bahwa menjadi suci tidak sama dengan dicintai dewa-dewa?
Euthyphro  Ya. 
Socrates  Kita benar dalam pengakuan itu atau kita salah sekarang.
Euthyphro  Hmm, saya kira itu kasusnya.
Socrates  Lalu kita harus mulai lagi dan bertanya, apakah hakikat kesucian? Jika ada manusia yang tahu, kamu pasti. Karena jika kamu tidak mengetahui hakikat kesucian dan ketidaksucian, saya yakin kamu tidak akan pernah menuntut bapakmu yang telah berumur dengan tuduhan pembunuhan dan mengambil resiko melakukan yang salah dalam pandangan dewa-dewa. Makanya, bicaralah Euthyphro yang terhormat, dan jangan sembunyikan pengetahuanmu dariku. 
Euthyphro  Barangkali pada waktu yang lain, Socrates. Sekarang saya terburu-buru ke suatu tempat. 
Socrates  Temanku, apakah kamu hendak meninggalkanku dalam keputusasaan? Dan di sini saya telah berharap, bahwa kamu dapat mengajariku apakah kesucian itu sendiri.

 

Dari dialog di atas, kata dewa-dewi bisa diganti nama Tuhan dalam agama tertentu untuk mengecek pemahaman tentang kesucian yang diyakini. Biar tidak merasa suci padahal tidak suci. Dalam kontek Indonesia, Islam: Allah SWT. Kristen/Katolik: Yesus Kristus (Trinitas Allah, Yesus, Bunda Maria), Kristen protestan: Trinitas, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Roh Kudus, Hindu: Trimurti (Brahmana, Wisnu, Siwa), Budha: Sang hyang Adi, Parama Buddha, Hyang Tathagata, dan Konghucu: Qian. Argumen yang dibangun untuk menemukan kebenaran universal tentang kesucian dan keadilan tidak harus sama dengan obrolan tersebut. Perlu ditekankan, dialog Socrates dan Euthyphro mengajarkan pola berpikir cerdas dan berkualitas.

Pola pertanyaan Socrates dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menanamkan pemikiran kritis dan mendorong untuk berpikir sendiri. Kita bisa menerapkan beberapa pertanyaan untuk meningkatkan kualitas diri dalam banyak situasi.

  • Ketika dihadapkan dengan keputusan yang sulit, tanyakan pada diri kita serangkaian pertanyaan untuk mendapatkan solusi terbaik. Misalnya, Apa pro atau kontra dari setiap opsi? Dan bagaimana konsekuensi potensial dari setiap keputusan?
  • Saat membaca buku atau menonton film, tanyakan pada diri sendiri tentang karakter dan motivasinya. Ini dapat membantu kita mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang isi cerita dan temanya.
  • Saat mengajar, kita bisa gunakan metode dialog ala Socrates untuk membantu siapapun sampai pada kesimpulannya sendiri yang lebih sahih. Melontarkan pertanyaan pada peserta didik akan lebih menggugah mental pemberani.
  • Selama debat atau berargumen, kita bisa gunakan metode Socrates untuk mendalami asumsi orang lain dan mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang posisi mereka. Secara keseluruhan, metode dialog Socrates dapat menjadi alat yang handal untuk mempertajam pemikiran kritis dan membangun argumen yang sistematis.

*Dikutip dari buku FIlsafat Klasik sebelum Tidur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *