
ejogja.ID | Persoalan sampah kerap menjadi momok di banyak daerah. Di Kabupaten Bantul saja, menurut catatan BPS, timbulan sampah harian mencapai 95 ton. Dari jumlah itu, 75 persen berasal dari rumah tangga, dan sekitar 50 persen di antaranya merupakan sampah organik.
Jangan Lewati: 173 Calon Sarjana IIQ An Nur Yogyakarta Dapat “Wejangan Spesial” Jelang Wisuda
Melihat fakta ini, Pemerintah Kabupaten Bantul mengambil langkah strategis. Melalui Surat Edaran Bupati, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), PPPK, tenaga honorer, pegawai BUMN/BUMD, hingga pamong kalurahan harus menjadi pelopor Gerakan Pilah Sampah dari Rumah, serta mengelola sampah organik lewat lubang biopori.
Potensi Besar Pengurangan Sampah
Langkah ini langsung mendapat apresiasi dari Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A., Anggota DPD RI asal DIY. “Jumlah ASN di Bantul mencapai 6.154 orang pada akhir 2024. Kalau setiap ASN beserta keluarganya konsisten memilah dan mengolah minimal satu kilogram sampah organik per hari, potensi pengurangan bisa mencapai enam ton per hari. Itu hampir tujuh persen dari total timbulan sampah Bantul. Angka ini signifikan,” tegasnya, Kamis (11/9).
Jangan Lewati: Pernah Putus, Sekolah Lagi: Kisah Lana Menemukan Cahaya
Gus Hilmy, sapaan akrabnya, menilai inisiatif ini sebagai solusi konkret. “Kalau benar-benar dipatuhi dan ditiru masyarakat, sampah yang menumpuk di TPA bisa berkurang dari hulu,” ujarnya.
ASN Sebagai Teladan Masyarakat
Katib Syuriyah PBNU itu menambahkan, pengelolaan sampah tanpa pemilahan terbukti gagal di banyak tempat. Keterbatasan sarana dan tenaga kebersihan membuat sistem jadi tidak efektif. Karena itu, menjadikan ASN sebagai teladan adalah langkah visioner. “Dalam peribahasa Arab disebutkan, an-nas ‘ala dini mulukihim—rakyat mengikuti kebiasaan pemimpinnya,” jelasnya.
Namun, pria yang juga Pengasuh Ponpes Krapyak Yogyakarta itu mengingatkan agar gerakan di hulu tidak berhenti di tengah jalan. “Jangan sampai di awal bagus, tapi finishing-nya tidak tuntas. Pengelolaan sampah di hilir harus memberi nilai tambah—bisa lewat kompos, energi alternatif, atau produk daur ulang yang bernilai ekonomi,” katanya.
Jangan Lewati: Beasiswa! Swiss Government Excellence Scholarships: Tunjangan Hingga Sekitar Rp 70 Juta Per Bulan
Agar program berjalan efektif, ia menyarankan adanya mekanisme reward and punishment. ASN yang konsisten bisa mendapat apresiasi atau insentif, sedangkan yang abai dapat teguran administratif.
Dari Hulu ke Hilir, Menuju Budaya Bersih
Sebagai anggota MUI Pusat, Gus Hilmy juga menekankan pentingnya menjadikan gerakan ini bagian dari budaya. “Kalau pola ini diterapkan luas, minimal separuh masalah sampah bisa selesai dari hulu. Bukan hanya ASN, tapi juga dukuh, RT, dan seluruh masyarakat. Kampanye moral seperti ‘Sampahmu, Tanggung Jawabmu’ akan membentuk budaya bersih, disiplin, dan hidup sehat,” tandasnya.
Dengan sinergi pemerintah, ASN, dan masyarakat, ia optimistis DIY mampu mewariskan lingkungan yang lebih sehat dan lestari kepada generasi mendatang.
Pasang iklan di ejogja.ID, klik: Pasang Iklan