Judul : Rahasia Haji dan Umrah
Penulis : Imam Al-Ghazali
Penerbit : Turos Pustaka
Cetakan : Desember, 2017
Tebal : 281 halaman
ISBN : 978-623-158-34-87
Peresensi : Abdul Warits
Ibadah haji merupakan rukun Islam terakhir dalam agama Islam. Ibadah haji dilaksanakan oleh orang-orang yang mampu melaksanakan perjalanan menuju ke kota Mekkah Al-Mukarromah. Ritual haji menjadi salah rukun di dalam agama Islam yang hanya diwajibkan sekali seumur hidup. Karenanya, ibadah haji menjadi salah satu simbol kesempurnaan agama dan ibadah pamungkas.
Buku ini mengupas tiga aspek dalam ibadah haji. Pertama, tentang keutamaan haji, keutamaan Mekkah dan Kakbah, serta himpunan rukun dan syarat haji. Kedua, amalan lahir dalam rangka proses ibadah haji dari awal keberangkatan hingga kepulangan. Ketiga, etika ibadah haji, dan seluk beluk rahasianya serta amalan batiniah.
Jangan Lewatkan Baca Juga: Tafsir, Kepentingan dan Urgensi Kaidah-Kaidahnya
Imam Ghazali di dalam buku ini tidak hanya memandang haji sebagai ibadah formalitas yang dilakukan oleh masyarakat untuk menunaikan syariat. Ibadah haji hanya dijadikan sebagai penyempurna ibadah terakhir dari rukun Islam yang dijalankan oleh manusia. Akan tetapi, hendaknya orang yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah harus memenuhi syarat, rukun bahkan tatakramanya sehingga benar-benar bisa menghayati segala bentuk amalan yang dikerjakan saat ibadah haji dan umrah berlangsung.
Salah satu aspek penting yang dibahas di dalam buku ini dimulai dari kemuliaan Baitullah, Mekkah dan Madinah yang menjadi pusat dalam pelaksanaan ibadah haji. Imam Al-Ghazali mendasari gagasannya dari hadits-hadits dan ayat-ayat Al-Quran. Yang menarik disini beberapa penjelasan dan alasan para ulama tentang kemakruhan bagi jamaah haji yang tinggal di Mekkah.
Alasan dimakruhkannya ini diantaranya: Pertama, dikhawatirkan muncul kebosanan atau perasaan nyaman dengan baitullah. Perasaan semacam ini akan berdampak pada hilangnya bentuk penghormatan kepada rumah Allah. Maka tidak heran jika Umar sangat mendesak jamaah haji agar segera kembali pulang usai melaksanakan ibadah haji (hal. 37). Kedua, menyalakan kerinduan dengan pergi meninggalkannya supaya membangkitkan panggilan untuk kembali mengunjunginya. Bahkan, ada sebagian ulama yang berkata bahwa berada di negeri dengan hati dan merindukan kakbah dan terpaut padanya lebih baik dari pada berada dan menetap di Mekkah, namun hatinya merindukan tempat lain. Ketiga, ditakutkan berbuat kesalahan dan dosa di Mekkah. Hal ini dilarang disebabkan menimbulkan kemurkaan Allah karena teramat mulianya tempat suci tersebut.
Baca Juga: Memasuki Api Cinta
Di dalam buku ini Imam Ghazali menjelaskan tentang amalan lahiriah haji dan umrah dari awal keberangkatannya hingga kepulangannya. Salah satunya yang harus diperhatikan adalah hak-hak saat keluar rumah hingga melaksanakan ihram. Hal pertama yang harus diperhatikan oleh jamaah haji mengenai persoalan harta kekayaan. Karena jamaah haji akan meninggalkan rumahnya dengan waktu yang cukup lama.
Seorang yang akan melaksanakan ibadah haji hendaknya memulainya dengan bertobat, mengembalikan hak-hak orang lain yang didapat secara dhalim, melunasi hutang, menyiapkan nafkah bagi orang yang wajib dinafkahinya sampai waktu kepulangannya, mengembalikan barang-barang titipan dan membawa bekal harta yang halal dan baik selama kepergiaan dan kepulangan tanpa kikir kepada diri sendiri (hal. 73).
Cek Juga: Edisi Pamungkas Seputar Pendidikan
Hal kedua adalah teman selama perjalanan. Fungsi teman seorang jamaah haji dalam perjalananya sangat penting. Sebab, jika jamaah haji lupa, maka teman ini bisa mengingatkannya. Jika ingat, maka temannya akan menolongnya dan segala hal lainnya. Selain itu, jamaah haji dianjurkan untuk meminta doa selamat kepada tetangganya yang ada di rumah. Maka sangat ditekankan jamaah haji mencari teman yang mencintai kebaikan dan bisa memberikan bantuan pertolongan.
Selanjutnya dalam hal penjagaan dan pengawasan hendaknya jamaah haji berhati-hati saat siang hari. Jangan pergi seorang diri diluar rombongan karena bisa jadi akan dirampok dan tersesat. jika tidur di permulaan malam hendaknya tidur dengan membentangkan lengannya. Jika tidur larut malam, berbaringlah dengan bertumpu pada lengan sehingga posisi kepala berada di atas telapak tangan. Hal ini dilakukan agar tidak tidur terlelap sehingga susah bangun dan tidak menyadari matahari terbit dan tatakrama seperti itu memang dicontohkan oleh Rasulullah dalam perjalanannya (hal. 84). Saat melalui dataran tinggi atau jalan menanjak disunnahkan mengucapkan takbir sebanyak tiga kali.
Cermati Juga: Lèbur! Benni Judunah Cover Laskar Singo Edan Khas Madura
Pada bab ketiga di dalam buku ini dijelaskan tentang etika haji dan seluk beluk rahasianya serta amalan batiniah. Maka ibadah haji harus dilaksanakan dengan penuh pemahaman bahwa tidak ada jalan menuju Allah SWT selain membersihkan diri dari syahwat-syahwat, menjauhi berbagai macam kenikmatan dunia, kecuali pada hal-hal yang bersifat darurat saja. Karena tidak ada jalan menuju Allah, kecuali dengan memurnikan niat hanya karena Allah dalam seluruh aktivitas baik bergerak maupun diam. Inilah salah satu hal penting sebelum jamaah haji melaksanakan segala aktivitas dalam ibadah hajinya. Sebab, ibadah haji bukan untuk liburan dan rekreasi ataupun hanya ingin mendapatkan status sosial sebagai hamba yang paling sempurna di tengah-tengah masyarakat.
Abdul Warits, Pecinta Buku
2 komentar