Sajak-sajak Zainun Nafis KZ

Puisi160 Dilihat

Sajak-sajak Zainun Nafis KZ

Sketsa Hidup

Sudah banyak aroma kehidupan dihirup

Tapi tak ada satu pun memabuk,

Sudah banyak warna kehidupan di kertas

Tapi tak ada satu pun melekat,

Seperti halnya burung  terbang menelusuri samudra

Tapi hanya angan saja, satu bulu pun tak ada.

 

Sedangkan ribuan daun jatuh menghianati pohon,

Menari anggun dengan luasnya rasa kebebasan

Meninggalkan penciptanya karena sebuah tanah lapang,

Yang tak menjamin akan kehidupan,

Tapi pohon. tak pernah menyesal

Karena hidup pasti berbuah penghianatan.

 

Ketika matahri lari ke ufuk Barat

Membuat kehidupan tanpa tangisan

dan kematian tanpa kesedihan,

Setiap hari ribuan juta korban diasingkan.

Tanpa terasa, semuanya sudah usai,

Banyak orang  melihat semudra luas dalam angan

Tapi buta akan kenyataan di balik telapak tangan.

 

Sedangkan seorang anak merintih di kolong jembatan

Dengan teriyakannya membelah lautan

Banyak orang datang, tapi mereka tuli akan pendengaran.

 

Yogyakarta, 2021 M.

Nikmati Juga: Selamat Idul Fitri 1444 | Ramadan 2023 | KH Amad Mustofa Bisri | Pengasuh Raudlatut Thalibin Rembang
Luka itu

 

Cahaya redup mualai terang

Menampakkan deretan sajak yang sudah buram

Mebuka mata lama di tempat penuh kenangan

Membangkitkan luka berbau kematian

 

1945

Sebelum proklamasi kemerdekaan

Angin-angin menderu

Menggugurkan daun-daun muda

Merobohkan tiang-tiang kehidupan

Membungkam mulut serangga malam

Dengan bunyi senapan

Senapan yang haus akan nyawa.

 

Dari mulut orang-orang,

ada sajak yang keluar, perihal akan keadilan

Dengan nyawa sebagai taruhan.

 

Luka itu

Semakin lama semakin terang

Dengan sajaknya menjadi sejarah pengetahuan.

 

Yogyakarta, 2021 M.

 

Sebuah Suara

 

Tang… sebuah suara

Dari jam menara ibu kota

Merambat ketelinga setiap manusia

Membangkitkan hasrat

Sudah lama terkubur dalam jiwa.

 

Tang… sebuah suara

Membasuh jiwa berlumuran luka

Membuat  kerasukan akan bunga

Semua orang dahaga akan tahta.

 

Tapi, beberapa detik semunya sudah sirna

tak ada satu jejak langkah tersua.

 

bunyi itu pun tak lagi bergejola

sebagian orang berlutut mencucurkan air mata

sebagian orang mati akan rasa percaya

bahwa ada bunga tumbuh di taman ibu kota.

 

Yogyakarta, 2021 M.

 

Tentang Dia

 

Di bulan penuh kedehagaan

Aku bertemu seorang perempuan

Dengan wajahnya seperti rembulan syahdu

Menghangatkan hati yang lama kaku.

 

Senyuman bibirnya, Memadamkan api suciku

Mengeringkan lautan hati

Membuat semua bidadari tak ada artinya lagi.

 

Suaranya, Membawa kehidupan

Membangkitkan jiwa jiwa mati

Sehingga burung-burung malu berkicau lagi.

 

Tatapan matanya, Membelah gunung fuji

membuat udara hilang tanpa durasi

sehingga mataku enggan terkatup lagi.

 

Dengan berjalannya waktu

Aku ukir namanya dalam kalbu

Hingga ahirnya dia pun  pergi dalam hidupku

dan jejak kakinya

Sekarang, menjadi sebuah rindu.

 

Yogyakarta, 2021 M.

Nikmati: Puisi Ibu D Zawawi Imron
Sebuah Kebencian

 

Anjing liar menggonggong di tepi sungai

Dengan suara keras berbau kebencian

Membungkam mulut-mulut hewan di hutan

 

Sedangkan air sungai menjadi asin

Batu-batu meleleh seperti lilin

Sebab setetes liur anjing

 

Terlihat wajah di sungai yang asin

Dengan mata jadi sumber air

Dengan Leher panjang tertusuk bambu runcing

Dengan mulutnya muntah akan taik kambing

 

Aku diam dengan aksara menggelintar

Membuat hati tawar akan kasih sayang

Mentabiri mata akan penghormatan

 

Wahai kau, akan aku genggam suaramu

Sampai kau mati bersama suara itu

Dan menjadi sejarah dalam kisah letupan api dalam hidupku.

 

Yogyakarta, 2021 M.

 

Zainun Nafis KZ, kelahiran Sumenep, nyantri di PPM Hasyim Asy’ari Yogyakarta, akktif di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY) dan kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *