Malam Upik Abu
Menjelang tengah malam
percakapan harus usai,
atau semakin banyak
kekeliruan menebak
salam hormat niskala.
Engkau tidak mabuk larut—belum,
sebuah tangan masih menyelinap
antara gembira dan haru:
mereka setia berjaga
menunggu gadis berambut sebahu
menurunkan sepasang sepatu
kesunyian.
Saat yang teramat jarang.
Bangku-bangku belum dikatup
detik demi detik berlayar.
Seorangkah itu, melayanimu semenjak petang
dan menyembunyikan kebaikan
di ruang peleburan?
Menjelang tengah malam,
kau meminta gadis itu
menyebut alamat pulang,
tapi hanya separuh jalan
selebihnya senyum.
2020
Ciuman Lembut
Sepasang burung dara
di senja yang tenang
berdekut di atap.
Ketinggian melingkupimu
dengan bayang
penyatuan.
Di kejauhan,
serasa ada yang menimang
tangga ke peraduan.
Kau akan berbaring
lantas berbelok lagi
pada saat mendebarkan itu:
lanskap terbentuk di naungan awan,
angin berdesau menyibak dedaunan mangga,
burung-burung bangau berkelepak jauh
menembus kabut pegunungan.
Bebuahan telah dipetik pada musimnya,
tangan-tangan keriangan
membagi aroma
ke segenap penjuru.
Hari-hari hibuk [1]bak pelabuhan
berlalu. Sejoli itu bergenggaman
mengaitkan telapak nasib mereka
di jalan yang masih basah.
Hanya sehelai daun jatuh.
Engkau mendengar erangan pelan,
ketika jam-jam menguak hari baru.
Membenamkan separuh wajah
ke bantalan tanah
di mana bahagia ladam
mengeram.
Di dinding-dinding gedung
kau gurat sekali lagi
ciuman pertama
yang melengkapkan jiwamu
kepada bakti
sang penyubur.
2020
Ingatan Hio
Gadis Tionghoa pernah
membuat separuh baris
dari napas perjalanan. Kau yakin,
seperti ketika kelenteng yang dicari
mengenang pelayaran laksamana.
Hanya lidi, sebatang tongkat mungil
menggali sumber nyala.
2020
Kehidupan Kecil
Ladang orang kecil,
dikenakan padanya silsilah:
dahulu, sungai adalah urat nadi
dan rimba bertakhta di pegunungan.
Dusun orang pedalaman,
dibangun padanya rumah-rumah
yang pernah tugur[2] sebagai hunian segala musim,
dengan jerami dan batang pohon
konon berdiam suatu riwayat.
Kehidupan kecil,
bernyanyi di ketinggian bukit.
Dentang para penggali sumber
yang menggerakkan jalur baru
ke masa akanan.
Adalah ternak di penggembalaan padang rumput
berdengung seruling debar dawai jiwa.
2019
Mahkota Daun Nangka
1.
Seperti apa lengan baju waktu
menjumbai haru?
Terulurlah, masa kecil …
Dengan wajah bundar,
mahkota daun melingkari tubuh bunyi,
tari dan tawa kenangan
dari helaian murni pagi.
2.
Srintil,[3] bukan dibentuk dengan ganjil
adalah putri dari dusun dongengan.
Duri-duri hidup,
membalut tanah orang-orang kecil.
Dan menari bersamanya,
Srintil—bidadari bermahkota daun nangka.
3.
Kami baru saja mencatatnya,
ketika seorang tamu asing
muncul. Sehelai dari sang pohon
yang merebahkan musim hujan.
Lalu sketsa cinta manis
tugur dalam kepala tak dikenal.
2019
Rumah Penyimpanan
Bawalah malam, bawalah pagi.
Ceritakan esok:
yang bermukim di bawah bukit
mendengar gemerisik daun,
denting orang-orang menyanyikan musim,
menuai buah-buahan,
aliran sungai nun dari pemukiman luar perbatasan.
Orang-orang datang,
orang-orang membawa bintang
di kelopak ingatan,
di pelupuk mata coklat cuaca.
Ke rumah penyimpanan.
Mengarak cahaya malam
berlarian bak pesiar.
Di bawah atap,
terkadang berembus
warna gembira panenan.
Yang tumbuh di ladang jauh,
tinggal di bawah atap ini.
Menyimpan kesegaran,
menimbun jejak hikayat para peladang.
Syahdan, mereka tiba di subuh
dalam suluh pertama mentari
bersama himpunan kabut di pucuk pegunungan
mengenakan tenunan pagi
dalam pekan raya saudagar
di mana bertandan dan bergerombol
himne-himne pedusunan.
2019
Jangan Lewatkan Baca Juga: Pelajaran Berharga dari Membunuh Kucing
Seseorang Muncul di Waktu Lengang
Warna biru eksotik
di kelopak matamu itu,
adalah tamu tak dikenal
menyambangiku
bagai seorang merana.
Aku berhenti menghitung
senarai kunjungan
ke rumah penyimpanan. Kau akan terkejut,
jika usia bertaut antara malam dan siang
bertaut antara diriku dan dirimu.
2019
Rudiana Ade Ginanjar, lahir di Cilacap, 21 Maret 1985. Beberapa karyanya terhimpun dalam surat kabar dan antologi bersama, antara lain: Rasa Rumangsa Tanggap Sasmita (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cilacap, 2010), Blues Mata Hati (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, 2008), Pendhapa 5 (Dewan Kesenian Jawa Tengah, 2008), Rumahlebah Ruang Puisi #4 (Komunitas Rumahlebah, 2017), Horison, Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Radar Banyumas, Harian Rakyat Sumbar, Solopos, Kedaulatan Rakyat. Menamatkan pendidikan formal di SMA N 1 Majenang, pendidikan berbasis keterampilan komputer di El Rahma Satria Purwokerto, dan menimba ilmu di sejumlah pondok pesantren di Yogyakarta. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperdalam khazanah pengetahuan dan menulis. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai dan menerjemahkan karya sastra asing untuk mengisi masa-masa senggang. Manuskrip antologi puisi tunggalnya antara lain Salam Bumi (2019). Bergabung di Komunitas Sastra Kutub Yogyakarta.
[1] Banyak pekerjaan atau kesibukan; giat. (Jawa Kuno)
[2] Tetap pada suatu tempat; menunggu; menjaga. (Jawa)
[3] Protagonis dalam novel masyhur Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk (1982).
1 komentar