Rahasia Budi
Aku tahu waktu telah tertidur,
seorang pengelana menetap
di tanah terbuka bagai pasir.
Di sana engkau dengan selendang penari
hari; sebuah kuil lembut kabut
jangkar dari kapal yang merapat pelan.
Hanya napas lirih,
suara angin terasa lebih dalam
merengkuh kata ya.
Lalu rumah menemu isyarat hening.
Dentang berbalik ke asal suara.
Di hadapanmu, ditentang serangkum sinar,
sebuah serdawa pelan dari ruang makan
telah menetapkan rasa puas.
Angin tidur, halus. Waktu menginap
sepanjang dini hari
di kerjapan kelopak kebeningan.
2021
Jangan Lewatkan Baca Juga: Sajak-sajak Rudiana Ade Ginanjar
Cintanya Kaum Miskin
1.
Di sini tidak ada beda
sebuah hujan runtuh
atau pelabuhan gaduh:
setiap diri bergegas.
Jam telah begitu rekat
menggambar jejak keseharian.
Lalu udara akrab menghirup
napas pelan,
sebuah tanah lapang dari pagi,
keuntungan tak seberapa,
dan kerja yang terlampau mencolok.
Kata-kata terpahat di hati.
Bagai dewala, segenap ruang
melihat garis di empat penjuru.
Misalkan jarak—jauh dan mesti ditempuh,
menelanjangi kepapaan,
berjalanlah detik dan ingatan.
Cukupkah hati menabung rindu?
Atau sejak semula kami harus saling bermimpi.
Tanpa lencana, sebuah tugas
menjadi wajib dan genting.
Misalkan lapar mendekat dan berdiam
hanya tangan terpanjat dan kaki berlepas sepi.
Sebab kami tinggal di bawah mentari
atau menari bersamanya.
2021
Baca Juga: Puisi Ibu D Zawawi Imron
Putri
Hampir pasti sudah bisa dikenangnya
suatu jalan lurus,
tempat kebun dan pondok musim kering:
ia catat almanak berjatuhan,
seperti dedaunan dekat jendela.
Sejumlah surat, hanya kota lenyap.
Bila kerudung hujan terbuka
ke arah ufuk,
ia akan bersenandung ulang
seperti hari pertama berakhir perang.
2021
Amnil Saja: Loker Staf IT IIQ An Nur Yogyakarta 2022
Masa Sekolah
Yang berkibar di ujung tiang
di atas pepadang,
berbaur bersama himne. Sebuah hitungan
menyusur rasi bintang,
mengasah batu kusam,
menyiram lembah muram.
Tangan yang senantiasa memetik
dan bibir gelayut kemerduan.
Jatuh dari yang tak dikenal,
hanya berkas muasal
dan petunjuk laju.
2020
Cermati: Malam Lupa Belum Niat, Masih Sahkah Puasanya?
Dari Bawah Panggung
Sebuah suara dibentuk
bak perkamen lusuh,
memisah jarak
antarnyata. Lampu hidup,
bertarian angin
ke geladak panggung
hendak berlayar ke suatu kisah.
Namamu: pesulap, badut,
penyanyi atau pengkhotbah.
Diabadikan
seperti tanggal kelahiran
mencatat kehadiran baru.
Sedang pandangku nyaring
berkelebat di antara ruas-ruas pemirsa.
Mereka menyembunyikanmu.
Engkau selalu menjadi lakon
di tiap adegan. Aku hanya
enggan menggugah tiap denyut,
sebab sebuah panggung
terlampau sempurna,
seakan ombak
memburu telapak kakimu.
2020
Rudiana Ade Ginanjar, lahir di Cilacap, 21 Maret 1985. Beberapa karyanya terhimpun dalam surat kabar, buku antologi bersama, dan media daring; antara lain: Rasa Rumangsa Tanggap Sasmita (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cilacap, 2010), Blues Mata Hati (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, 2008), Pendhapa 5 (Dewan Kesenian Jawa Tengah, 2008), Rumahlebah Ruang Puisi #4 (Komunitas Rumahlebah, 2017), Kembang Glepang 2 (2021), Dari Negeri Poci 11 (Komunitas Radja Ketjil, 2021), Horison, Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Radar Banyumas, Harian Rakyat Sumbar, Solopos, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, Koran Tempo. Puisinya masuk dalam nominasi Anargya Sarayu Penawara (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, 2020).
Ia menamatkan pendidikan formal di SMAN 1 Majenang (2003/2004), pendidikan berbasis keterampilan komputer di LPK El Rahma Satria Purwokerto (2004/2005), dan menimba ilmu di sejumlah pondok pesantren di Yogyakarta. Kini lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperdalam khazanah pengetahuan dan menulis. Selain menulis puisi, dia juga menulis esai dan menerjemahkan karya sastra asing untuk mengisi masa-masa senggang. Manuskrip antologi puisi tunggalnya antara lain Salam Bumi (2019). Bergabung di Komunitas Sastra “Kutub”, Yogyakarta.
Mengelola akun media sosial weblog “Ginanjar Pustaka” (https://ginanjarpustaka.blogspot.com) dan Facebook “Rudiana Ade Ginanjar” (https://facebook.com/rudiana.ade.ginanjar). Bisa dihubungi melalui surel: ginanjarpustaka@gmail.com, atau ponsel: 082-325-647-406. Alamat rumah: Jl. Kepudang No. 24 RT 05 RW 02 Desa Caruy, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Kode Pos 53262, Jawa Tengah.
3 komentar