Sleman, ejogja.id – Museum Pendidikan Nasional UNY. Sabak tentu merupakan sesuatu yang asing bagi generasi milenial. Ini adalah tempat menulis berbahan batu granit. Sabak digunakan oleh anak SD generasi 1960. Penggunaannya kala itu karena susahnya mendapatkan buku tulis. Demikian pula dengan alat tulis saat itu. Generasi era tersebut susah memperoleh pensil, apalagi pulpen. Mereka menggunakan grip, batu granit yang berbentuk mirip pensil. Karena kertas saat itu begitu langka, maka guru menuliskan nilai siswa di papan tulis saja. Jika nilainya bagus, maka siswa mengabadikannya dengan cara menulis nilai itu di dahi. Itu sebagai ajang pamer saja antarsiswa SD tempo dulu.
Jangan Lewatkan Ambil: Beasiswa Pascasarjana ke Australia
Adapun bangku tempo dulu juga sama dengan bangku masa sekarang. 1 bangku untuk 2 siswa. Bangku dan kursi terbuat dari kayu jati yang tebal. Karena dulu pulpen masih langka, maka bagian tengah bangku berupa lubang, tempat menyimpan tinta. Pasalnya, alat tulis saat itu hanya pena yang berupa grip. Pemandangan pendidikan era silam tersebut kini sudah tidak ada, sehingga generasi milenial cukup susah mengimajinasikan bagaimana eksotika pendidikan para pendahulunya.
Meski begitu, museum Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sempat mengabadikan beberapa barang sejarah tersebut. Museum UNY mengabadikan sejarah pendidikan dari era Belanda, Jepang hingga era reformasi dalam bentuk benda-benda peninggalan. Museum ini menyajikan sabak, bangku, kursi hingga sepeda pendidik masa silam. Sebut saja, sepeda kumbangnya Oemar Bakri, nama tokoh yang menjadi judul lagu Iwan Fals. Selain itu, topi dan tas khas masa silam juga tersedia di museum UNY.
Mau Ikut Lomba? Raja Lomba #solusiprestasimu
Prof. Dr. Tri Hartiti, kepala Museum Pendidikan Indonesia UNY berharap agar orang-orang yang memiliki barang peninggalan pendidikan masa silam bersedia menyumbangkannya untuk museum UNY. Museum berskala nasional ini terbuka untuk umum. Di dalamnya, pengunjung bisa merenungkan kondisi politik, ekonomi, sosial dan terutama pendidikan masa-masa penjajahan dan awal kemerdekaan. Sejumlah barang peninggalan di museum tersebut ada yang berupa bantuan individu, ada pula yang berupa bantuan sekolah. Salah satunya ialah mesin sheet Roneo 250 dari SMPN 1 Yogyakarta. Mesin ini dulunya adalah alat cetak keperluan administrasi. Ada pula miniatur gedung sekolah masa Belanda, foto Ki Hadjar Dewantara saat mengajar dan masih banyak lagi. (Aldy).