ejogja.id – Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Zaitunah menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk “Moderasi Beragama dalam Islam Antara Idealitas dan Realitas: Model Indonesia dan Tunisia” pada Selasa (27/12) di auditorium utama IIQ An Nur Yogyakarta.
Menurut ketua panitia seminar Maghfur MR, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak. “Selain untuk menindaklanjuti kerja sama, seminar internasional ini juga penting untuk mendiskusikan persoalan moderasi agama baik di Indonesia atau pun Tunisia,” Jelas Maghfur.
Rektor IIQ An Nur Yogyakarta Dr. Ahmad Sihabul Millah, MA. mengamini apa yang disampaikan Maghfur. Sihab mengatakan, seminar internasional ini hanyalah awal. Ke depan harapannya IIQ An Nur bisa kolaborasi dengan Universitas Zaitunah di bidang pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, kolaborasi riset, dan lainnya. “Termasuk nanti mungkin dosen IIQ An Nur bisa melakukan presentasi hasil riset di Universitas Zaitunah atau sebaliknya,” tegas Sihab dalam Bahasa Arab.
Jangan Lewatkan Nasehat: Selamat Tahun Baru 2023 | Gus Mus
Seminar internasional yang dipandu oleh M. Subhan Ashari, M.Pd.I ini dihadiri oleh dua narasumber: Rektor Universitas Zaitunah Tunisia Prof. Dr. Abdellatif Bouazizi, dan Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta Dr. H. M. Ikhsanudin, MSI. (cand).
Prof. Abdellatif menyinggung seputar persamaan antara Indonesia dan Tunisa. Ia mengatakan, Indonesia memiliki banyak persamaan dengan Tunisia. “Saya merasa bahwa ada banyak kesamaan antara Tunisia dan Indonesia, salah satunya soal ketika bicara Bahasa Inggris,” ungkapnya. Tidak terkecuali, lanjut Prof. Abdullatif, adalah tentang moderasi. Pihaknya menegaskan, di keislaman di Tunisia itu moderat, begitu juga di Indonesia.
“Kenapa di Indonesia dan Tunisia bisa moderat? Ini berkaitan dengan syariat. Tunisia itu malikiyyah. Indonesia Syafi’iyyah. Dan baik Imam Malik atau pun Imam Syafi’i itu moderat. Jadi begitulah mengapa kita berbeda dari Arab Saudi misalnya,” papar Prof. Abdellatif.
Ikhsanuddin menambahkan, moderasi yang terjadi di Indonesia selain karena fikihnya Syafii, Akidahnya Asyari, dan tasawufnya Junaid al-Baghdadi, adalah juga dipengaruhi oleh dasar negara Pancasila. “Selain soal syariat, dasar negara kita juga mendukung untuk selalu moderat, yakni Pancasila,” tegasnya.
Seminar internasional ini dihadiri oleh segenap dosen IIQ An Nur Yogyakarta dan sekitar 164 mahasiswa dan ditayangkan langsung melalui kanal Youtube resmi IIQ An Nur Yogyakarta. Diskusi moderasi beragama dalam Islam antara idealitas dan realitas: model Indonesia dan Tunisia menjadi memperkuat kita untuk selalu bersikap wasatiyah.
Penulis: Ipuk | Editor: AL