KH. Heri Kusswanto
1) Nabi saw selalu berqurban setiap tahun. Namun tidak dinukil riwayat bahwasanya beliau mempergilirkan qurban, kepada istri-istrinya dan anak-anaknya.
– Bahkan beliau menganggap qurban beliau sudah mencukupi seluruh keluarganya.
2) HR. Ibnu Majah
Dari Anas bin Malik ra, beliau berkata:
ضحَّى رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ بكبشَيْنِ أقرنيْنِ أملحيْنِ أحدِهما عنهُ وعن أهلِ بيتِه والآخرِ عنهُ وعمَّن لم يُضَحِّ من أمَّتِه
Rasulullah saw berqurban dengan dua domba gemuk yang bertanduk salah satunya untuk diri beliau dan keluarganya dan yang lain untuk orang-orang yang tidak berqurban dari umatnya.
Jangan Lewatkan Baca Juga: Simpanan Gandum Nabi, Habis Terbagi Tak Tersisa
2) HR. Tirmidzi
Dari Abu Ayyub Al Anshari ra,ia berkata:
كانَ الرَّجلُ في عَهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يُضحِّي بالشَّاةِ عنهُ وعن أَهلِ بيتِهِ فيأْكلونَ ويَطعَمونَ ثمَّ تباهى النَّاسُ فصارَ كما ترى
Dahulu di masa Nabi saw, seorang lelaki berqurban dengan satu kambing yang disembelih untuk dirinya dan keluarganya. Mereka makan dan sembelihan tersebut dan memberi makan orang lain. Kemudian setelah itu orang-orang mulai berbangga- bangga (dengan banyaknya hewan qurban) sebagaimana engkau lihat.
3) Syaikh Aziz Farhan Al Anazi
الأصل أن على ان أهل كل بيت أضحية والذي يتولى ذلك الوالد لانه هو المكلف بالإنفاق على زوجته واولاده
Asalnya tuntutan untuk berqurban itu pada setiap keluarga, dan yang bertanggung-jawab untuk menunaikannya adalah suami karena dia yang wajib memberikan nafkah kepada istri-istri dan anak-anaknya.
– jika berqurban bukan kepala keluarga namun salah seorang dari anggota keluarga, maka tetap sah jika syarat dan rukun qurban terpenuhi.
– misal istri yang berqurban atau anaknya, maka boleh dan tetap sah. Namun kurang utama,
Simak Juga: Makjleb! Jawaban Dr Fahruddin Faiz Menangkal Neo-Ateisme
4) Kesimpulan
– Yang berqurban cukup suami saja sebagai kepala keluarga.
– Tidak perlu digilirkan kepada anggota keluarga yang lain
– Namun jika anggota keluarga yang lain berkurban atas nama dirinya, boleh dan sah.
KH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.
1 komentar