KH. Heri Kuswanto
1) Syekh Zakaria al-Anshari dalam Fath al-Wahhab:
– “Orang yang berat menjalankan puasa” adalah orang tua yang sudah berupaya mencoba puasa tapi ia tidak lagi kuat untuk menyelesaikannya hingga waktu maghrib”.
– Sekiranya puasa , ia akan mengalami tekanan fisik berat.
– Berbeda halnya jika hanya sebatas rasa lapar yang masih dapat ditahan
2) Khatib asy-Syirbini, al-Iqna’ fi Hilli Alfadzi Abi Syuja:
(والشيخ) وهو من جاوز الاربعين والعجوز والمريض الذي لا يرجى برؤه (إن عجز) كل منهم (عن الصوم) بأن كان يلحقه به مشقة شديدة (يفطر ويطعم عن كل يوم مدا)
Orang tua renta, orang yang usianya lebih 40 th dan orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, jika puasa akan mengalami kesulitan yang berat, boleh tidak puasa dan wajib memberi makan untuk tiap hari yang ditinggalkan sebanyak satu mud.
Jangan Lewatkan Baca Juga: Fatal Jika tidak Tahu Perbedaan Madzi, Mani, dan Wadi
3) Syekh Sulaiman al-Jamal dalam Hasyiyah al-Jamal:
– Jika orang lanjut usia kembali kuat menjalankan puasa setelah sebelumnya tidak mampu, maka wajib baginya untuk kembali melaksanakan puasa pada hari tersebut.
4) Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj
ولو قدر بعد على الصوم لم يلزمه قضاء كما قاله الأكثرون
Ia tidak berkewajiban mengqadha puasa yang sebelumnya pernah ditinggalkan, sebab telah terganti dengan pembayaran fidyah, seperti halnya yang diungkapkan oleh mayoritas ulama.
5) Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh:
فإن كان عاجزاً عن الإطعام أيضاً فلا شيء عليه، و {لا يكلف الله نفساً إلا وسعها} وقال الحنفية: يستغفر الله سبحانه، ويستقبله أي يطلب منه العفو عن تقصيره في حقه.
Ketika orang lanjut usia:
– Yang sudah tidak mampu untuk berpuasa, tidak mampu untuk membayar fidyah dengan memberi makanan satu mud kepada fakir miskin.
– Maka dalam keadaan demikian ia tidak terkena kewajiban apa pun. Cukup memperbanyak istighfar atas ketidakmampuannya menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
– Ulama Hanafiyah: Ia memohon ampun kepada Allah, dan meminta permohonan maaf atas kelalaiannya hak yang wajib baginya.
KH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.
1 komentar