Kluster Baru Jangan Sampai Terjadi Karena PTM di Sekolah

Kabar, Kulon Progo501 Dilihat

Yogya, ejogja.id – Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mewanti-wanti kepada semua pihak di lembaga sekolah agar tidak terjadi kluster baru yang berawal dari lembaga pendidikan. Lebih-lebih karena adanya pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) yang sudah dimulai di beberapa daerah. Kluster Baru Jangan Sampai Karena PTM di Sekolah. Diharapkan kluster baru /jangan Sampai Karena PTM di Sekolah

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Menurut penjelasan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti dalam diskusi virtual pada Senin (30/08/2021). Karena belum seratus persen, anak-anak atau peserta didik telah melakukan vaksinasi. Meski sebanyak 47 persen anak-anak mengaku siap dan bersedia melakukan vaksinasi Covid-19.

“Kemunculan klaster sekolah akibat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dikhawatirkan membuat angka kesakitan pada anak meningkat. Karena, capaian vaksinasi Covid-19 pada usia 12-17 tahun masih rendah,” jelasnya.

Kesiapan peserta didik untuk vaksinasi sebanyak 47 persen tersebut berasal dari survei yang dilakukan kepada 86.286 responden dari semua jenjang pendidikan dengan menggunakan aplikasi google form. Partisipan dalam survei tersebut tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia, bahkan ada peserta didik dari Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN).

Baca juga Festival Bahasa dan Budaya

“47 persen menyatakan bahwa keinginan vaksin agar tubuhnya memiliki antibodi terhadap virus Covid-19 sehingga jika tertular gejalanya menjadi ringan,” jelas Retno.

Dari sejumlah peseta didik yang menginginkan vaksinasi tersebut, masih sebanyak 64 persen yang belum melakukan vaksinasi.

“Alasan belum menerima vaksin 57 persen, karena belum ada kesempatan untuk vaksin atau karena di wilayahnya masih sedikit,” ujarnya.

Meski di sisi lain, terbanyak kedua dari hasil survei tersebut, peserta didik masih khawatir dan takut akan efek samping dari vaksin. Karena itu, penyuluhan vaksinasi belum menyeluruh dan belum seratus persen berhasil. Seharusnya sekolah atau pun madrasah dapat memastikan capaian vaksinasi hingga 70 persen.

“Kalau hanya guru yang divaksin maka kekebalan komunitas belum terbentuk. Karena jumlah guru hanya sekitar 10 persen dari jumlah siswa,” pungkas Retno. (Bigul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *