Katakan yang Benar Walau…

Lanemu328 Dilihat

Oleh Ahmad  Muchlish Amrin

Qul al-haq walau kaana murra  Artinya: katakan yang benar meski itu pahit (HR. Bukhari Muslim). Tentu menyampaikan ke-benar-an tidak semudah meludah ke tanah. Ada resiko yang harus ditanggung, setidaknya;

Pertama, memberikan contoh aksi dari apa yang kita sampaikan. Bahasa perbuatan akan fasih berbicara dibanding bahasa lisan yang tanpa dibarengi dengan perbuatan. Misal kata “cinta”, sebelum kita sampaikan ihwal cinta, pernahkah kita merealisasikan cinta itu dengan benar. Apa pun resiko dari cinta (sebagai perbuatan) dan cinta (sebagai perkataan) sanggup kita tanggung domino efeknya. Pahit maupun manis tetap mampu kita telan dengan kesuka-relaan, keikhlasan, ketulusan, ketekunan, dan keseriusan.

Kedua, menyampaikan sesuatu yang benar meskipun itu berlawanan. Bagaimana mungkin kita akan berbicara perihal warna putih, di tengah orang-orang yang doyan warna hitam. Bagaimana mungkin kita akan berbicara tentang kejujuran di tengah sistem yang licik dan curang.

Perangkat yang dibutuhkan adalah keberanian untuk berucap dan bersikap yang benar. Pastinya tetap menjaga konektivitas kebersamaan, relasi persahabatan, dan meminimalisir permusuhan.

Sebab itulah, Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu, pernah menasehati kita; shadiquka man shaddaqaka wa laa man shadaqaka, artinya sahabatmu adalah orang yang selalu memperbaikimu bukan orang yang selalu membenarkanmu. Sahabat yang selalu bertindak memberbaiki adalah ia yang berani menasehati kita bila bertindak keliru. Ia pun tidak pantang kita benci jika kita dilihatnya bertindak ceroboh.

Jangan Lewatkan Baca Juga: Menyekolahkan Lisan

Begitu pula sebaliknya, kawan yang selalu membenarkan kita adalah ia yang selalu mengangguk-angguk, meng-iya-kan perbuatan kita padahal sejatinya perbuatan itu bagai menggali kubur sendiri atau berada ditepi jurang kehancuran dan kehinaan.

Menyampaikan ke-benar-an tentu perlu dimulai dari diri sendiri, istri, anak-anak, keluarga, dan orang lain.  Para orang tua kami pernah menasehati, di lautan lepas, jika ia besi pasti akan tenggelam, bila ia gabus, ia akan mengambang. Begitulah dan begitulah.

 

Ahmad  Muchlish Amrin, Santri Kutub Yogyakarta

Juga Bisa Lanjut Baca Ini: Dzikir Paling Utama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 komentar