Etika Berdzikir dan Berdoa

Esai, Literasi101 Dilihat
KH. Heri Kuswanto

Sayyid Utsman al-Batawi Amien Nurhakim dalam Maslakul Akhyâr fî al-Ad’iyyah wal Adzkâr al-Wâridah ‘an Rasûlillah.

1) Tidak mengerjakan dzikir sunnah melupakan wajib

–  Menuntut ilmu, menunaikan qadha shalat dll yg wajib, harus utama

– Sunnah apa pun  selain membaca dzikir tdk bisa tinggalkan amalan wajib

– Tidak bisa ikut  tarekat tapi menyepelekan wajib.

Baca Juga: Hati Lalai? Temukan Keutamaan Zikir

2) Tidak mengubah lafaz dzikir atau mengganti huruf

– Baca sesuai dengan panjang pendeknya

– Apalagi  dzikir atau doa bersumber dari Al-Qur’an.

– Meski tajwid hanya diwajibkan ketika baca Al-Qur’an (berbicara bahasa Arab, doa, dan syair, tidak wajib).

3) Mengetahui makna dan arti doa

–  Agar lebih menghayati

– Biar bukan hanya lisan  bekerja, akan tetapi hati juga

– Berbeda  membaca Al-Qur`an  meski tidak tahu arti  tetap berpahala.

Jangan Lewatkan Baca Juga: Cinta dan Akal

4) Makan makanan yang halal

–  QS al-Baqarah: 172

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ

Wahai orang beriman makanlah hal baik yang telah Kami berikan pada kalian.

– HR Muslim:

Nabi bercerita tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, sambil menengadahkan tangannya ke langit berkata, “Wahai Tuhan, Wahai Tuhan,” sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan kenyang dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin ia akan dikabulkan permohonannya’.

Kesempatan: Loker PT Astra Group – Otomotif dan Kendaraan

5) Disunnahkan hadap kiblat dan suci dari hadas dan najis

– Khusyukkan hati dan tadlarru’ (merendahkan diri).

– Sayyid Utsman menafsirkan tadlarru’

QS al-A’raf ayat 55:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

 

Foto Profil KH Heri Kuswanto Lintang SongoKH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *