KH. Heri Kuswanto
1) QS. Al-Isra’t 79
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَحْمُوداً
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.
– Sunnah istiqamah dilakukan Rasulullah SAW.
– Berketentuan khusus, dilakukan malam hari, setelah shalat Isya’ dan setelah tidur, meski sebentar.
2) shalat penutup malam hari adalah witir
اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Jadikan shalatmu yang paling akhir di waktu malam berupa shalat witir. (HR Bukhari Muslim).
– Tradisi witir langsung setelah tarawih.
– Para ulama mazhab Syafi’i menjelaskan tahajud setelah witir boleh , sebab perintah witir sebagai penutup malam bersifat anjuran, bukan kewajiban.
– Yang berniat tahajud agar mengakhirkan witir agar dilaksanakan setelah tahajud sebagai penutup shalat malamnya.
– Jika witir terlebih dahulu, maka tidak perlu mengulang witir (sebagian pendapat, mengulang witir tidak sah).
– Ibrahim al-Baijuri:
ويسن جعله آخر صلاة الليل
Disunnahkan menjadikan witir sebagai akhir shalat malam.
– Mazhab Syafi’i dan Mazhab Abi Hanifah, Syekh Muhammad bin Abdurrahman, dalam Rahmah al-Ummah.
وإذا أوتر ثمّ تهجّد لم يعده على الأصح من مذهب الشافعى ومذهب أبي حنيفة
Apabila seseorang telah melaksanakan shalat witir kemudian ia hendak bertahajud, maka shalat witir tidak perlu diulang.
3) Disimpulkan:
– Menurut qaul ashah (pendapat terkuat) dalam mazhab Syafi’i: melaksanakan tahajud setelah shalat witir tidak perlu dipermasalahkan dan tidak perlu mengulang shalat witir lagi.
– Bila berniat kuat untuk tahajud atau shalat sunnah lain di pertengahan malam, seyoganya witir ditunda setelahnya, demi meraih kesunnahan menjadikan shalat witir sebagai penutup salat.
KH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.