Ayat-ayat Cinta Suami Istri #3
Dwi Harmoyo
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran) Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Rum: 21).
Demikianlah ayat-ayat cinta ini sebagai fitrah ketetapan “langit” atas kehidupan bumi yang menjadi syarat keharmonisan. Dia menciptakan pasangan-pasangan yang sejenis, di sana ada kecenderungan, di sana ada ketentraman, dan di sana ada kasih sayang. Sinyal-sinyal keharmonisan itu sangat terasa pada hubungan suami istri dalam kehidupan rumah tangga atau dalam hal ini keluarga.
Jangan Lewatkan Baca Juga: Keluarga Ramadan yang Terbebas Jilatan Api Neraka
Ketika sinyal-sinyal keharmonisan itu berkurang atau bahkan tidak hadir dalam keluarga kita, maka waspadalah..! bisa jadi hal itu menunjukkan bahwa kefitrahan diri telah pudar tertutup oleh karat-karat dosa dan maksiyat kita. Sehingga meski dengan pasangan kita, di sana tidak ada kecenderungan, di sana tidak ada ketenteraman, dan di sana tidak ada kasih sayang. naudzubillahi mindzalika.
Ramadhan sebagai bulan pembakaran dan penyucian untuk mengembalikan umat manusia kepada fitrahnya. Bacalah dan renungilah ayat-ayat Ramadhan (QS. Al-Baqarah 183-187). Di sana ada tema Puasa, tema Al-Qur’an, tema Sedekah, tema kedekatan Allah pada hambanya, termasuk tema suami istri. Tema-tema di atas sungguh merupakan sebagian dari “ayat-ayat cinta” suami istri di bulan suci ini.
Diujung ayat-ayat Ramadhan ini Allah menyinggung sebagian “ayat-ayat cinta” suami istri, dengan indah ayat itu menggambarkan hubungan suami-istri sebagai pakaian. “hunna libaasullakum wa antum libasullahun” “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka” adalah gambaran keharmonisan suami-istri menurut Allah SWT.
Jangan Lewatkan Menikmati: Nasehat Gus Mus tentang Idul Fitri
Keharmonisan itu akan semakin nampak saat ada keserasian antara pemakai dan pakaiannya sama-sama dalam keadaan bersih dan rapi. Ramadhan adalah bulan untuk membersihkan dan merapikan diri-diri kita agar kembali kepada fitrah. Saat merayakan Idul Fitri adalah momen “lebih” untuk kembali kepada fitrah kita, pasangan kita, keluarga kita, masyarakat dan negara kita sehingga lebih harmonis penuh berkah. Mari lanjutkan Ramadhan Bersama Keluarga.
Dwi Harmoyo, Dosen IIQ An Nur Yogyakarta sekaligus Pendiri Pesantren Terbuka Dustur Hayah.