Arah Baru Asesmen Pendidikan

Literasi, Nasional, Opini195 Dilihat

AKMI (Asesment Kompetensi Madrasah Indonesia)

Oleh Ahmad Dwi Nur Khalim

Mulai tanggal 8 sampai 20 November 2021 ini sebanyak 12.803 madrasah ibtidaiyah (MI) kelas 5 melaksanakan AKMI. Dan ke depan akan disusul pada jejang Madrasah Tsanwiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun sayangnya banyak stakeholder di madrasah khususnya guru belum banyak yang tahu betul tentang AKMI. Sebagian dari mereka hanya tahu bahwa AKMI sekedar event tahunan untuk mengukur kompetensi siswa. Padahal ada tujuan dan target besar pasca pelaksanaan AKMI tahun ini.

AKMI memang istilah baru dalam dunia pendidikan khususnya dalam hal evaluasi pendidikan. Sebelumnya kita kenal dengan UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Semester), UNAS (Ujian Nasional), ASPD (Asesment Standarisasi Pendidikan Daerah). Dan kesemuanya muaranya  adalah untuk mengukur capaian hasil belajar dan ketercapaian kompetensi.

Nah, tampaknya kini kita harus mulai mengenal AKMI, karena selama beberapa waktu ke depan asesmen ini akan mewarnai dunia evaluasi pendidikan. AKMI yang merupakan akronim dari (Asesment Kompetensi Madrasah Indonesia) merupakan langkah dari Kementerian Agama Republik Indonesia untuk melihat tingkat literasi siswa-siswi dimadrasah.

Hadirnya AKMI ini dilatar belakangi hasil riset dari PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2018. Di mana Indonesia menduduki rangking yang kurang baik dibanding dengan negara lain. Untuk literasi membaca hanya mendapat score 371 dan menduduki peringkat 72 dari 77 negara. Kemudian literasi matematika mendapat score 376 dan menduduki peringkat 72 dari 78. Sementara untuk literasi numerasi mendapat score 396 dan menduduki peringkat 70 dari 78 negara. Disisi lain AKMI hadir karena banyak dimadrasah yang masih “Teacher Centered”, yang membuat anak dianggap obyek dalam pembelajaran dan kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya.

Jangan Lewatkan Baca Juga: Pengenalan AKM Berbasis HOTS bagi Guru Bahasa Indonesia

Tujuan dari AKMI sebenarnya adalah untuk menyambut generasi emas ketika Indonesia genap 100 tahun merdeka ditahun 2045 mendatang. Sehingga AKMI didesain dengan serius sebagai instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi valid tentang permasalahan individu peserta didik dan sistem pembelajaran dikelas yang ada dimadrasah. Sehingga dengan informasi ini dapat digunakan sebagai alat diagnosis untuk perbaikan mutu pembelajaran di madrasah.

Sebagai instrumen baru AKMI tidak hanya mengukur aspek kognitif saja. Namun AKMI juga dirancang sebagai instrumen yang holistik, untuk aspek afektif dan aspek psikomotorik. Sehingga hasil dari AKMI nanti bukan hanya sekedar memperoleh nilai angka yang tinggi.  Tapi melalui AKMI ke depan madrasah akan dapat memetakan secara ilmiah dan lebih objektif tentang kondisi setiap individu peserta didik. Kemudian madrasah juga dapat mengambil langkah strategis dan terukur untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Selain itu madrasah juga dapat menemukan metode yang jitu dalam membangun kompetensi dan kepribadian siswa secara utuh. Ditambah lagi peserta didik akan dibawa untuk berpikir tingkat tinggi dan potensinya akan semakin terlatih dan menjadi terampil sehingga siap untuk menghadapi tantangan masa depan.

Jangan Lewatkan Baca Juga: Kepada Pemilik Tangan

Dalam AKMI yang akan diujikan kepada peserta didik adalah kemampuan anak dalam berliterasi. Yakni literasi membaca, literasi numerasi, literasi sains dan literasi sosial budaya. Ke-empat literasi inilah yang akan terintegrasi dalam proses pembelajaran. Litersai membaca akan mengembangkan kemampuan anak dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi dan merefleksi apa yang telah dibaca. Literasi numerasi akan melatih anak untuk berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta dan peserta didik akan terbiasa untuk bisa menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari pada berbagai jenis konteks. Literasi sains akan mengembangkan kemampuan anak untuk bersikap lebih cermat, hati-hati, tanggung jawab, percaya diri, punya motivasi, konsep diri dan peserta didik akan punya rasa ingin tahu serta terbiasa berpikir kritis dan ilmiah. Dan terakhir literasi sosial budaya, yang akan membawa peserta didik memiliki kemampuan untuk bersikap arif dan bijak dalam menghadapi persoalan, memiliki sikap humanis dalam berinteraksi kepada sesama dan mengembankan peserta didik untuk lebih santun dan “tepo seliro” dalam berkehidupan bermasyarakat.

 

Ahmad Dwi Nur KhalimAhmad Dwi Nur Khalim lahir di Sleman Yogyakarta. Artikel-artikel ilmiahnya berselancar di berbagai Jurnal Indonesia yang telah berstatus Sinta. Sekarang, ia sebagai Instruktur Provinsi AKMI Kementrian Agama RI dan dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Email: ahmadkhalim55@gmail.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar