Anak Muda Rentan Terpapar Radikalisme, IIQ An Nur Kembangkan Alternatif dengan Pakar

Bantul, Kabar1747 Dilihat

Anak Muda Rentan Terpapar Radikalisme, IIQ An Nur Kembangkan Alternatif dengan Pakar

Yogyakarta, ejogja ID – Anak muda adalah kelompok yang paling rentan terpapar radikalisme. Data menunjukkan, sekitar 85% generasi milenial berada di pusaran paparan radikalisme. Hal itu disampaikan oleh Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta Dr. Ahmad Sihabul Millah, MA. dalam seminar nasional tentang ancaman radikalisme bagi kalangan muda yang digelar di auditorium IIQ An Nur pada Kamis (9/11).

Jangan Skip: Loker Guru Akhwat MA Mafaza Bantul Yogyakarta

Bagi Sihab, kerentanan tersebut disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya media sosial. Rujukan keislaman anak muda dewasa ini adalah media sosial.

“Semacam bahwa anak-anak muda ini salah memilih sumber rujukan dalam belajar agama. Mereka menyerahkan kepercayaan mereka pada otoritas yang salah,” ungkapnya.

Sihab menilai, konten-konten Islam yang beredar di media sosial, baik TikTok, Instagram, atau YouTube, didominasi oleh konten yang sarat kekerasan.

Konten Islam ramah tentu ada, lanjutnya, tapi yang tidak ramah sudah menjamur. Selain itu, dari segi pembungkusan, seringnya konten yang bernuansa kekerasan lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak muda.

“Di sini soal packaging menjadi sangat penting. Kuncinya, bagaimana konten Islam yang ramah bisa diterima secara baik oleh anak muda,” tegasnya.

Lebih jauh, narasumber kedua, Muhammad Najib Azca, Ph.D menambahkan bahwa selain konten, pengetahuan tentang radikalisme itu sendiri menjadi penting.

Dalam seminar yang diadakan untuk membicarakan alternatif agar anak muda tidak lagi rentan terhadap radikalisme ini, Najib bercerita tentang risetnya tentang agensi perempuan di lingkaran radikal.

Berdasarkan hasil temuan Najib, ada beberapa wilayah yang di situ perempuan memainkan peran penting untuk melakukan kontra radikalisme.

Jangan Skip: Harlah ke-5: Refleksi Santri Mengglobal untuk Indonesia Maju

Najib memberi dua contoh, yakni agensi perempuan di Lamongan Jawa Timur dan Deli Serdang Sumatera Utara. “Di Lamongan ini, ada salah satu desa. Dulu ia terkenal dengan radikalismenya, tapi hari ini justru berbalik arah menjadi pihak yang kerap menyuarakan kontra radikalisme,” jelas sosok yang juga menjabat sebagai Wakil Sekjen Pengurung Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Seminar bertajuk “Bahaya Laten Radikalisme Agama bagi Generasi Milenial Muslim” ini dipandu oleh Dosen Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta Maghfur M. Ramim dan dihadiri sekitar 95 peserta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *