KH. Heri Kuswanto
1) Syekh Sulaiman al-‘Ujaili dalam Hasyiyatul Jamal ‘ala Syarhil Minhaj
وَمِنْ الْعَيْنِ الدُّخَانُ لَكِنْ عَلَى تَفْصِيلٍ فَإِنْ كَانَ الَّذِي يَشْرَبُ الْآنَ مِنْ الدَّوَاةِ الْمَعْرُوفَةِ أَفْطَرَ وَإِنْ كَانَ غَيْرَهُ كَدُخَانِ الطَّبِيخِ لَمْ يُفْطِرْ هَذَا هُوَ الْمُعْتَمَدُ
Termasuk dari ‘ain (hal yang membatalkan puasa) adalah asap, tetapi mesti dipilah:
– Jika asap/uap itu adalah yang terkenal diisap sekarang ini (maksudnya tembakau) maka puasanya batal.
– Jika asap/uap lain, seperti asap/uap masakan, maka tidak membatalkan puasa.
– Ini adalah pendapat yang mu’tamad (dirujuk ulama karena kuat argumentasinya).
Jangan Lewatkan Ikuti: Lomba Video Kreatif Ramadan di Kampung Halaman
2) Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtajfi Syarhil Minhaj:
– Rokok dianggap membatalkan puasa karena memiliki ‘sensasi’ tertentu yang dapat dirasakan dari kandungan tembakaunya.
– Orang yang terpapar asap rokok (secondhand smoker/perokok pasif), tidak membatalkan puasa.
– Batalnya puasa hanya jatuh bagi sang perokok saja, karena yang melakukan syurbud dukhan adalah perokoknya.
– Orang di sekitarnya hanya menghirup asap yang diembuskan perokok.
– juga alat vape, atau shisha, sebagai alternatif rokok, juga membatalkan puasa.
3) Syekh Nawawi al-Banteni dalam kitab Nihayatuz Zain:
يفْطر صَائِم بوصول عين من تِلْكَ إِلَى مُطلق الْجوف من منفذ مَفْتُوح مَعَ الْعمد وَالِاخْتِيَار وَالْعلم بِالتَّحْرِيمِ …وَمِنْهَا الدُّخان الْمَعْرُوف
Sampainya ‘ain ke tenggorokan dari lubang yang terbuka secara sengaja dan mengetahui keharamannya itu membatalkan puasa seperti mengisap asap (rokok).
KH. Heri Kuswanto, Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo, A’wan Syuriah PWNU DIY sekaligus dosen IIQ An Nur Yogyakarta.